BAB I
PENDAHULUAN
Penggerakkan dan
pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif
dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta
memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka
miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta
LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat.
Penggerakkan dan
pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan
proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat
dibidang
kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya jumlah anggota
masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu,
Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader
kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
Kebidanan komunitas
tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, keberhasilan kebidanan komunitas
dalam rangka upaya peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga bergantung
kepada dukungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peran serta masyarakat
mutlak di dalam suatu upaya kesehatantermasuk upaya kesehatan ibu dan anak.
Upaya kesehatan bukan oleh
pemerintah saja, peran serta masyarakat merupakan unsur mutlak dalam
kegiatan upaya kesehatan kemandirian masyarakat diperlukan untuk
mengatasi masalah kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah
kunci kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan
suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta
masyarakat ( Melani N, 2009).
a.
Untuk mengetahui tentang pendataan sasaran sebagai bentuk
pembinaan peran serta masyarakat
b. Untuk mengetahui tentang pencatatan
kelahiran dan kematian ibu dan bayi sebagai bentuk pembinaan peran serta
masyarakat
c.
Untuk mengetahui tentang pergerakan sasaran agar mau
menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak
(KIA) sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
a. Manfaat teoritis
1. Sebagai pengembangan bahan masukan atau
pengkajian baru khususnya ilmu kebidanan komunitas.
b. Manfaat
praktis
1. Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa
akademi kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang. .
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
dengan topik pembinaan peran serta masyarakat : pendataan sasaran, pencatatan
kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan pergerakan sasaran agar mau menerima
atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Pengertian
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga
swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya mengambil
tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan
kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan
masalah kesehatan yang dihadapinya, Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan
memimpin dalam perkembangan kegiatan masyarakat dibidang
kesehatan yang
dilandasi dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang
dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan
agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat.
b.
Tujuan.
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan
oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana
menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai
upaya dilakukan oleh bidan, seperti : Peningkatan peran
pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat dalam setiap
upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, Peningkatan dan
kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan
peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. Dorongan
masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program
peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama
dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu
meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah
dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam
proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat (
Laluna A, 2008 )
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi
peran serta masyarakat
a). Manfaat
kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas
bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih
besar.
b). Adanya
kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperan serta dan masyarakat melihat memang ada hal – hal yang berguna dalam
kegiatan yang akan dilakukan.
c). Memiliki
keterampilan
Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang
mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik
untuk berperan serta.
d). Rasa memiliki
Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat
sudah diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan
baik maka peran serta akan dapat dilestarikan.
e). Faktor tokoh
masyarakat
Jika
dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh – tokoh
masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan
tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).
a.
Langkah Pembinaan Peran Serta
Masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi manusia.
Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadikan pelaku
upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
Secara
garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah : Melaksanakan
penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk
mendapatkan dukungan. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber
daya yang dimilikinya. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk
masyarakat melalui kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
Contoh :
Sebagai seorang bidan desa disuatu wilayah, saya ingin melakukan
pendekatan kepada masyarakat didesa saya agar desa yang mereka tempati dapat
memberikan kenyamanan bagi diri setiap warga maupun bagi pendatang didesa kami.
Hal yang ingin sekali saya lakukan yaitu memberikan kenyamanan, kesejahteraan
bagi warga saya.
Warga dikampung saya memang terbilang masih banyak yang kurang mampu dan
kurangnya pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.
Bersama para warga kami mengadakan kegiatan dari yang paling termudah
yaitu Jumsih ( Jum’at bersih ) yaitu kegiatan yang diadakan setiap hari Jum’at
pagi kegiatan yang kami lakukan yaitu membersihkan selokan, jalanan, pohon yang
menutupi jalanan, tempat pembuangan sampah, membangun kamar mandi bersih bagi
para warga yang tidak memiliki kamar mandi bersih.
Saya hanya ingin warga merasa nyaman dengan lingkungannya, dengan peran
serta masyarakat khususnya warga yang ada di desa saya dari mulai individu,
keluarga serta para tokoh masyarakatpun ikut ambil andil bersama para warga.
Tidak hanya itu saja, saya beserta para tokoh masyarakat didesa
berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran
serta masyarakat untuk peduli lingkungan dan dapat melakukan pembinaan tentang
rasa memiliki terhadap kesejahteraan tempat tinggal, lingkungan dan kesehatan
khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia. Agar kwalitas kehidupan
didesa ini menjadi lebih baik serta terhindar dari berbagai penyakit agar tercipta
UHH yang lebih panjang.
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
![]() |
|
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
![]() |
Saya
beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan
warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan
kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.
Saya
beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan
warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan
kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.
|
B. Pendataan Sasaran
Adapun sasaran dalam pendataan sasaran ini adalah : Semua masyarakat
yang berpenghasilan rendah maupun menengah baik pedesaan maupun perkotaan. Unsur
lintas sektor dan lintas program yang terkait, kader teknis yang tersedia organisasi
masyarakat dan masyarakat umum.
Adapun tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu : Pengumpulan data, Pencatatan
data, Pengolahan data, Pembuatan Grafik PWS KIA.
Contoh kasus :
Sebagai
seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya yaitu
melakukan pendataan sasaran KIA seperti sasarannya itu ibu hamil, melahirkan,
ibu nifas, imunisasi, BBL. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada
berapa ibu hamil yang melakukan periksa hamil dalam 1 bulan, berapa bayi yang
melakukan imunisasi, berapa ibu yang melahirkan, dan berapa ibu nifas yang
melakukan kunjungan nifas.
Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.
Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang sudah banyak ibu-ibu memeriksakan kehamilannya, serta wilayah mana yang sedikit ibu-ibu memeriksakan kehamilannya.
|
|
|
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
C. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi
a. Pengertian
Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar
gedung Puskesmas, dan bidan di desa harus di catat. Kematian ibu
adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah
berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang
berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari
kasus – kasus kecelakaan atau insidental (Depkes RI, 1998 ).
Menurut Kemenkes RI 2012. Sesuai target
MDGs 2015, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Sehingga untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan
upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun
masyarakat (www.Kesehatanibu.Depkes.go.id). Menurut
Riset Kesehatan
Dasar (Rikesdas) tahun 2010 dalam penelitian di Universitas Sumatra Utara oleh Rossi Sanusi, yang
menyatakan bahwa kematian ibu di Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup, angka
kematian bayi 34/1000 kelahiran hidup, artinya dengan jumlah penduduk
225.642.000 berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 orang ibu
meninggal per jam dan 17 bayi meninggal per jam oleh sebab yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas (www.Repository.Usu.ac.id). Pada hasil dokumentasi
provinsi Jawa Barat didapatkan target angka kematian ibu yang harus di capai
pada tahun 2013 harus diturunkan sampai 205-210/100.000 kelahiran hidup. Target
angka kematian bayi pada tahun 2013 harus mencapai 26-30/1000 kelahiran hidup
(www.Jabarprov.go.id/IX.doc). Sedangkan jumlah yang didapatkan dari provinisi
Jawa Barat tahun 2007 pada lampiran profil kesehatan Jawa Barat angka
kematian ibu sebanyak 788 per 822.481 kelahiran hidup. Pada angka kematian bayi
sebanyak 4.277 per 822,481 kelahiran hidup (Depkes Jabar. 2007)
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan
kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan (
Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care system is
functioning).
c. Penyebab Kematian Ibu
dan Bayi
Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia
(13%), aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain
(15%). Sedangkan AKI berdasarkan BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran
hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7%, sistem pernapasan
27,6%, diare 9,4%, sistem pencernaan
4,3%, tetanus 3,4%, syaraf 3,2%, dan gejala
tidak jelas 4,1%.
Contoh Kasus:
Sebagai seorang bidan
desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya melakukan pendataan AKI
dan AKB diwilayah pegangan kami. Cara saya melakukan pendataan yaitu
menjumlahkan ada berapa ibu yang meninggal baik saat kehamilan, persalinan dan
masa nifas serta kematian BBL.
Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.
Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang terbanyak AKI dan AKB dan wilayah mana yang paling terendah AKI dan AKB nya dengan membuat Grafik dengan mengurutkannya agar mempermudahnya. Setelah data terkumpul lalu data tersebut dikirim ke Dinkes Kabupaten.
|
|
|||||||||||
|
||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
![]() |
||||||||||||
|
D. Penggerakan Sasaran Agar Mencapai Pelayanan KIA
Penggerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan KIA adalah
dilihat dari peran bidan komunitas, yang tidak lain adalah
membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan
yang optimal.
a. Sebagai Pendidik
Berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah kerjanya dapat
berubah sesuai dengan kaidah kesehatan.
Contoh Kasus: Saya seorang bidan
yang telah lulus pendidikan S2 Kebidanan, dan sekarang saya menjadi pendidik di
salah satu Instansi pendidikan Kebidanan didaerah Karawang, menjadi pengajar
untuk tingkat 1 itu adalah tugasku sebagai bidan pendidik.
|
|
|
||||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
||||||||||||
b. Sebagai
Pelaksana
Bidan harus mengetahui dan menguasai
IPTEK untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap kelompok remaja pra nikah,
pemeliharaan kesehatan bumil, nifas, dan masa interval dalam keluarga,
pertolongan persalinan di rumah, tindakan pertolongan
pertama pada kasus kegawatan obstetrik di keluarga, pemeliharaan kesehatan
kelompok wanita dengan gangguan reproduksi dikeluarga, pemeliharaan kesehatan
anak balita.
Contoh kasus: Sebagai seorang bidan didesa Sukareja, tugas saya
melakukan gerakan posyandu untuk melakukan hal tersebut saya akan membutuhkan
para kader agar bisa membantu saya. Hal yang saya lakukan yaitu melakukan
pembinaan kepada para kader tersebut agar benar saat memberikan bantuan di posyandu.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
c. Sebagai Pengelola
Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di
puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang
pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus
mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan.
Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di
masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintah.
Contoh kasus : Sebagai seorang bidan
Koordinator di Puskesmas Purwasari tugas saya mengkoordinir keadaan yang ada di
Puskesmas ini dari mulai menyarankan bidan-bidan pekerja pekerja di Puskesmas
yang memiliki tempat praktek agar dapat melaporkan kinerja mereka di desa
dengan cara menulis khohor. Harapan saya dengan hal ini para bidan bisa belajar
mencatat perkembangan AKI dan AKB diwilayahnya masing-masing, dengan bimbingan
terlebih dahulu tentunya.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
d. Sebagai Peneliti
Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan
peneliti professional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan pengolahan dan
analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau
hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan
tindakan sesuai dengn permasalahan yang ditemukan. Bidan juga harus dapat melaksanakan
evaluasi atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
Contoh
kasus:
Di desa Cinere terdapat warga yang
mengalami penyakit kulit, banyak sekali warga periksa kenapa mereka mengalami
penyakit kulit yang gatal dan perih
dalam satu keluarga bisa satu atau dua orang mengalami hal tersebut, mengetahui
hal tersebut saya melakukan penelitian didesa Cinere, ternyata didapat
kesimpulan bahwa warga kebanyakan menggunakan kebutuhan air yang kotor, mereka
menggunakan air irigasi yang kotor untuk mandi,mencuci dan mengakibatkan hal
tersebut membuat gatal pada kulit.
Apa yang saya akan lakukan, yaitu
mengumpulkan para warga untuk menggali tanah yang diperkirakan memiliki air
didalamnya, setelah penggalian sumur telah dilakukan maka dilakukan mengaliran
air sumur dengan jetpam kesemua warga yang tidak memiliki sumur mandi didalam
rumahnya.


Ternyata setelah melakukan
penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
![]() |


Ternyata setelah melakukan
penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
|
E. Pengaturan Transportasi Setempat yang Siap Pakai Untuk Rujukan Kedaruratan
Penyaluran Transportasi serta yang siap pakai untuk rujukan kegawat
daruratan,yaitu:
a. Rujukan Upaya
Kesehatan
Rujukan Upaya Kesehatan ini pada dasarnya meneliti rujukan kesehatan
serta rujukan medik yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal
balik. Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan
pencegahan.
Contoh : Saya sebagai bidan desa
disaat ada warga saya ada yang mengalami sakit diare, saya memberikan promosi
kesehatan kepada para warga lainnya agar menjaga kebersihan makan, lingkungan,
dan kebersihan dengan menjaga hal tersebut kita akan terhindar dari masalah
diare.
![]() |
|
||||||
|
|||||||
![]() |
|||||||
b. Bantuan Teknologi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik
dalam bidang kesehatan maupun yang berkaitan
dengan kesehatan yang mampu memberikan teknologi tertentu. Teknologi yang
diberikan harus tepat guna dan cukup sederhana dan dapat dikuasai dan
dilaksanakan serta dapat dibiayai oleh masyarakat yang bersangkutan. Bantuan
teknologi tersebut dapat berupa: Pembuatan jamban keluarga dan sarana air minum,
pembuangan air limbah, penimbangan bayi untuk pengisian kartu menuju sehat.
Contoh:
Sebagai bidan desa diwilayah Cibaduyut disaat ada warga saya yang sakit
dengan berbagai penyakit setelah saya lihat ternyata dilingkungan tersebut
warga selalu membuang sampah pada aliran air didesa tersebut padahal air
tersebut sering dipakai mereka untuk mandi dan bermain anak-anak. Melihat hal
tersebut saya memberikan bantuan ide dengan mengumpulkan para warga untuk
membuat tempat pembuangan sampah yang besar yang terbuat dari bata agar warga
bisa membuang sampah disana agar terhindar dari berbagai penyakit karena
timbunan sampah disngai.
|
|
|
||||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|
|||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||
c. Bantuan Sarana
Transportasi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik secara tertentu dalam bidang kesehatan maupun sarana yang
terrdapat pada sektor-sektor lain. Bantuan sarana transportasi tersebut dapat
berupa obat-obatan, peralatan medis, ambulans guna untuk merujuk pasien yang
mengalami kegawat daruratan dari Puskesmas ke Rumah Sakit yang dapat siap pakai
untuk pelaksanaan rujukan (Depkes RI,1997).
Contoh:
Di tempat saya praktek kebetulan tidak ada USG, ternyata ada pasien yang
memerisakan kandungannya setelah saya periksa kenapa janinnya kecil dan ibunya
juga sering merasakan sakit pada bagian bawah perutnya dan sering keluar darah
dari kemaluannya. Dan akhirnya saya merujuk pasien ke dokter yang memiliki
pasilitas USG agar mengetahui lebih lanjut keadaan janin ibu jika perkiraan
saya ditakutkan ibu mengalami abortus iminiens.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
F. Pengaturan Biaya
a. Pengembangan
Pembiayaan kesehatan
Dalam rangka mencapai tujuan dan sarana pembangunan kesehatan diperlukan
dana baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat terdapat
kecenderungan, bahwa tingginya biaya kesehatan akan memberikan beban berat kepada
pemerintah. Oleh karena itu sesuai dengan dasar - dasar pembangunan sistem
kesehatan nasional dan bahwa upaya kesehatan menjadi tanggung jawab bersama
pemerintah dan masyarakat.
b. Sumber – sumber
pembiayaan
Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan kesehatan akan
berasal dari: Masyarakat termasuk swasta, pemerintah pusat dan daerah, dana
upaya kesehatan.
c. Cara Pembiayaan
Pengakolasian dana kedalam program atau kegiatan, hendaknya bukan saja
di sesuaikan dengan prioritas yang berorientasi pada manfaat
dan daya guna yang akan tercapai, namun hendaknya di pertimbangkan
pula segi-segi kesesuaian dengan kebijaksanaan umum, namun di gariskan dana di
arahkan kepada program atau kegiatan yang di titik beratkan
kepada upaya kesehatan dengan kelompok sasaran serta masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan baik biaya berupa biaya berobat, daya sehat maupun
asuransi kesehatan merupakan komponenen biaya upaya kesehatan secara menyeluruh
( Depkes RI 1997 ).
Contoh:
Ditempat praktek saya disaat ada ibu hamil saya selalu bertanya mereka
punya kartu Jamkesmas atau BPJS jika mereka tidak memiliki ditakutkan ketika
persalinan ada apa-apa bantuan biaya sudah tersedia itu bagi masyarakat menengah
kebawah. Jika memang ada yang mampu membayar dengan kantong sendiri itu sih
tidak apa-apa tidak buat juga. Karena dengan hal ini ibu bersalin bisa terbantu
dengn biaya persalinan yang melahirkan tidak normal contonya dirumah sakit.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
G. Donor darah Berjalan
Donor
darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen
Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program
pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat
penurunan AKl.
Donor darah berjalan adalah para donor
aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan
yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait sediaan darah lewat
program yang mereka buat.
Untuk menguatkan program tersebut Menteri
Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya
penempelan stiker perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua
rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama,
tanggal taksiran persalinan,
penolong persalinan,
tempat persalinan,
pendamping persalinan,
transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan
sampai dengan persalinan
dan nifas
dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan
tersebut berjalan dengan aman dan selamat.
Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun
semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap
tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya
jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat
masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan Donor Darah
Sukarela (DDS).
Contoh:
Sebagai
bidan di Rumah Sakit Swasta saya kedapati pasien yang mengalami perdarahan
sehingga pasien memerlukan pasokan darah yang banyak sesuai dengan golongan
darahnya yaitu A. Ketika saya bertanya kepada suaminya ternyata golongan
darahnya berbeda, akhirnya dengan sangat kepepet saya menelpon pihak PMI dan
bertanya apakah pasokan darah golongan A ada, ternyata syukur masih ada.
Sehingga pihak PMI mengantarkan nya segera ke Rumah sakit.
Sebagai bidan di RS terkadang ada
saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal
tertentu.



Jika tidak ada yang mendonorkan
ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan
darah yang sesuai dengan pasien saya ini.

Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan
darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor
darah berjalan).

![]() |
Sebagai bidan di RS terkadang ada
saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal
tertentu.
|
![]() |



Jika tidak ada yang mendonorkan
ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan
darah yang sesuai dengan pasien saya ini.
|

Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan
darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor
darah berjalan).
|

H. P4K
P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam
rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu
hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pascapersalinan dengan
menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan
P4K:
Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan aman dan persiapan
menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan
bayi yang sehat.
Tahapan Kegiatan P4K diantaranya Orientasi
P4K dengan Stiker, sosialisasi, Operasionalisasi P4K dengan Stiker di tingkat
desa yang meliputi manfaatkan pertemuan Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, manfaatkan pertemuan bulanan di
tingkat desa/kelurahan, mengaktifkan Forum Peduli KIA, kontak dengan ibu hamil
dan keluarga dalam pengisian stiker, pemasangan stiker di rumah ibu hamil, pendataan
jumlah ibu hamil di wilayah desa, pengelolaan donor darah dan sarana
transportasi/ambulans desa, pembuatan dan penandatanganan Amanat Persalinan, Rekapitulasi
pelaporan, Forum Komunikasi.
Contoh:
Sebagai Bidan desa saya melakukan persiapan persalinan bagi ibu hamil
yang melakukan periksa kesaya, misalnya dengan menyediakan buku KIA dan
menyediakan stiker P4K, lalu melakukan sosialisasi kepada keluarga ibu hamil,
agar bagaimana nanti ketika mendekati persalinan, ditolong oleh siapa
persalinan nanti, persiapan baju ibu dan bayi, donor darahnya juga disiapkan,
kendaraan, serta biaya persalinan juga harus disiapkan sebelum persalinan agar
mempermudah ibu saat persalinan.
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
Referensi :
Ilmu kesehatan masyarakat oleh
syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST, SKM; Dra. Jomima, M.Kes 8.4
PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT.
BAB I
PENDAHULUAN
Penggerakkan dan
pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif
dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta
memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka
miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta
LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat.
Penggerakkan dan
pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan
proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat
dibidang
kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya jumlah anggota
masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu,
Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader
kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
Kebidanan komunitas
tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, keberhasilan kebidanan komunitas
dalam rangka upaya peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga bergantung
kepada dukungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peran serta masyarakat
mutlak di dalam suatu upaya kesehatantermasuk upaya kesehatan ibu dan anak.
Upaya kesehatan bukan oleh
pemerintah saja, peran serta masyarakat merupakan unsur mutlak dalam
kegiatan upaya kesehatan kemandirian masyarakat diperlukan untuk
mengatasi masalah kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah
kunci kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan
suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta
masyarakat ( Melani N, 2009).
a.
Untuk mengetahui tentang pendataan sasaran sebagai bentuk
pembinaan peran serta masyarakat
b. Untuk mengetahui tentang pencatatan
kelahiran dan kematian ibu dan bayi sebagai bentuk pembinaan peran serta
masyarakat
c.
Untuk mengetahui tentang pergerakan sasaran agar mau
menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak
(KIA) sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
a. Manfaat teoritis
1. Sebagai pengembangan bahan masukan atau
pengkajian baru khususnya ilmu kebidanan komunitas.
b. Manfaat
praktis
1. Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa
akademi kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang. .
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
dengan topik pembinaan peran serta masyarakat : pendataan sasaran, pencatatan
kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan pergerakan sasaran agar mau menerima
atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Pengertian
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga
swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya mengambil
tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan
kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan
masalah kesehatan yang dihadapinya, Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan
memimpin dalam perkembangan kegiatan masyarakat dibidang
kesehatan yang
dilandasi dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang
dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan
agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat.
b.
Tujuan.
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan
oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana
menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai
upaya dilakukan oleh bidan, seperti : Peningkatan peran
pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat dalam setiap
upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, Peningkatan dan
kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan
peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. Dorongan
masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program
peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama
dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu
meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah
dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam
proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat (
Laluna A, 2008 )
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi
peran serta masyarakat
a). Manfaat
kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas
bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih
besar.
b). Adanya
kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperan serta dan masyarakat melihat memang ada hal – hal yang berguna dalam
kegiatan yang akan dilakukan.
c). Memiliki
keterampilan
Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang
mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik
untuk berperan serta.
d). Rasa memiliki
Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat
sudah diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan
baik maka peran serta akan dapat dilestarikan.
e). Faktor tokoh
masyarakat
Jika
dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh – tokoh
masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan
tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).
a.
Langkah Pembinaan Peran Serta
Masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi manusia.
Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadikan pelaku
upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
Secara
garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah : Melaksanakan
penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk
mendapatkan dukungan. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber
daya yang dimilikinya. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk
masyarakat melalui kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
Contoh :
Sebagai seorang bidan desa disuatu wilayah, saya ingin melakukan
pendekatan kepada masyarakat didesa saya agar desa yang mereka tempati dapat
memberikan kenyamanan bagi diri setiap warga maupun bagi pendatang didesa kami.
Hal yang ingin sekali saya lakukan yaitu memberikan kenyamanan, kesejahteraan
bagi warga saya.
Warga dikampung saya memang terbilang masih banyak yang kurang mampu dan
kurangnya pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.
Bersama para warga kami mengadakan kegiatan dari yang paling termudah
yaitu Jumsih ( Jum’at bersih ) yaitu kegiatan yang diadakan setiap hari Jum’at
pagi kegiatan yang kami lakukan yaitu membersihkan selokan, jalanan, pohon yang
menutupi jalanan, tempat pembuangan sampah, membangun kamar mandi bersih bagi
para warga yang tidak memiliki kamar mandi bersih.
Saya hanya ingin warga merasa nyaman dengan lingkungannya, dengan peran
serta masyarakat khususnya warga yang ada di desa saya dari mulai individu,
keluarga serta para tokoh masyarakatpun ikut ambil andil bersama para warga.
Tidak hanya itu saja, saya beserta para tokoh masyarakat didesa
berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran
serta masyarakat untuk peduli lingkungan dan dapat melakukan pembinaan tentang
rasa memiliki terhadap kesejahteraan tempat tinggal, lingkungan dan kesehatan
khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia. Agar kwalitas kehidupan
didesa ini menjadi lebih baik serta terhindar dari berbagai penyakit agar tercipta
UHH yang lebih panjang.
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
![]() |
|
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
![]() |
Saya
beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan
warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan
kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.
Saya
beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan
warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan
kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.
|
B. Pendataan Sasaran
Adapun sasaran dalam pendataan sasaran ini adalah : Semua masyarakat
yang berpenghasilan rendah maupun menengah baik pedesaan maupun perkotaan. Unsur
lintas sektor dan lintas program yang terkait, kader teknis yang tersedia organisasi
masyarakat dan masyarakat umum.
Adapun tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu : Pengumpulan data, Pencatatan
data, Pengolahan data, Pembuatan Grafik PWS KIA.
Contoh kasus :
Sebagai
seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya yaitu
melakukan pendataan sasaran KIA seperti sasarannya itu ibu hamil, melahirkan,
ibu nifas, imunisasi, BBL. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada
berapa ibu hamil yang melakukan periksa hamil dalam 1 bulan, berapa bayi yang
melakukan imunisasi, berapa ibu yang melahirkan, dan berapa ibu nifas yang
melakukan kunjungan nifas.
Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.
Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang sudah banyak ibu-ibu memeriksakan kehamilannya, serta wilayah mana yang sedikit ibu-ibu memeriksakan kehamilannya.
|
|
|
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
C. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi
a. Pengertian
Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar
gedung Puskesmas, dan bidan di desa harus di catat. Kematian ibu
adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah
berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang
berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari
kasus – kasus kecelakaan atau insidental (Depkes RI, 1998 ).
Menurut Kemenkes RI 2012. Sesuai target
MDGs 2015, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Sehingga untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan
upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun
masyarakat (www.Kesehatanibu.Depkes.go.id). Menurut
Riset Kesehatan
Dasar (Rikesdas) tahun 2010 dalam penelitian di Universitas Sumatra Utara oleh Rossi Sanusi, yang
menyatakan bahwa kematian ibu di Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup, angka
kematian bayi 34/1000 kelahiran hidup, artinya dengan jumlah penduduk
225.642.000 berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 orang ibu
meninggal per jam dan 17 bayi meninggal per jam oleh sebab yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas (www.Repository.Usu.ac.id). Pada hasil dokumentasi
provinsi Jawa Barat didapatkan target angka kematian ibu yang harus di capai
pada tahun 2013 harus diturunkan sampai 205-210/100.000 kelahiran hidup. Target
angka kematian bayi pada tahun 2013 harus mencapai 26-30/1000 kelahiran hidup
(www.Jabarprov.go.id/IX.doc). Sedangkan jumlah yang didapatkan dari provinisi
Jawa Barat tahun 2007 pada lampiran profil kesehatan Jawa Barat angka
kematian ibu sebanyak 788 per 822.481 kelahiran hidup. Pada angka kematian bayi
sebanyak 4.277 per 822,481 kelahiran hidup (Depkes Jabar. 2007)
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan
kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan (
Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care system is
functioning).
c. Penyebab Kematian Ibu
dan Bayi
Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia
(13%), aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain
(15%). Sedangkan AKI berdasarkan BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran
hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7%, sistem pernapasan
27,6%, diare 9,4%, sistem pencernaan
4,3%, tetanus 3,4%, syaraf 3,2%, dan gejala
tidak jelas 4,1%.
Contoh Kasus:
Sebagai seorang bidan
desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya melakukan pendataan AKI
dan AKB diwilayah pegangan kami. Cara saya melakukan pendataan yaitu
menjumlahkan ada berapa ibu yang meninggal baik saat kehamilan, persalinan dan
masa nifas serta kematian BBL.
Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.
Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang terbanyak AKI dan AKB dan wilayah mana yang paling terendah AKI dan AKB nya dengan membuat Grafik dengan mengurutkannya agar mempermudahnya. Setelah data terkumpul lalu data tersebut dikirim ke Dinkes Kabupaten.
|
|
|||||||||||
|
||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
![]() |
||||||||||||
|
D. Penggerakan Sasaran Agar Mencapai Pelayanan KIA
Penggerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan KIA adalah
dilihat dari peran bidan komunitas, yang tidak lain adalah
membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan
yang optimal.
a. Sebagai Pendidik
Berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah kerjanya dapat
berubah sesuai dengan kaidah kesehatan.
Contoh Kasus: Saya seorang bidan
yang telah lulus pendidikan S2 Kebidanan, dan sekarang saya menjadi pendidik di
salah satu Instansi pendidikan Kebidanan didaerah Karawang, menjadi pengajar
untuk tingkat 1 itu adalah tugasku sebagai bidan pendidik.
|
|
|
||||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
||||||||||||
b. Sebagai
Pelaksana
Bidan harus mengetahui dan menguasai
IPTEK untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap kelompok remaja pra nikah,
pemeliharaan kesehatan bumil, nifas, dan masa interval dalam keluarga,
pertolongan persalinan di rumah, tindakan pertolongan
pertama pada kasus kegawatan obstetrik di keluarga, pemeliharaan kesehatan
kelompok wanita dengan gangguan reproduksi dikeluarga, pemeliharaan kesehatan
anak balita.
Contoh kasus: Sebagai seorang bidan didesa Sukareja, tugas saya
melakukan gerakan posyandu untuk melakukan hal tersebut saya akan membutuhkan
para kader agar bisa membantu saya. Hal yang saya lakukan yaitu melakukan
pembinaan kepada para kader tersebut agar benar saat memberikan bantuan di posyandu.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
c. Sebagai Pengelola
Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di
puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang
pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus
mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan.
Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di
masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintah.
Contoh kasus : Sebagai seorang bidan
Koordinator di Puskesmas Purwasari tugas saya mengkoordinir keadaan yang ada di
Puskesmas ini dari mulai menyarankan bidan-bidan pekerja pekerja di Puskesmas
yang memiliki tempat praktek agar dapat melaporkan kinerja mereka di desa
dengan cara menulis khohor. Harapan saya dengan hal ini para bidan bisa belajar
mencatat perkembangan AKI dan AKB diwilayahnya masing-masing, dengan bimbingan
terlebih dahulu tentunya.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
d. Sebagai Peneliti
Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan
peneliti professional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan pengolahan dan
analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau
hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan
tindakan sesuai dengn permasalahan yang ditemukan. Bidan juga harus dapat melaksanakan
evaluasi atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
Contoh
kasus:
Di desa Cinere terdapat warga yang
mengalami penyakit kulit, banyak sekali warga periksa kenapa mereka mengalami
penyakit kulit yang gatal dan perih
dalam satu keluarga bisa satu atau dua orang mengalami hal tersebut, mengetahui
hal tersebut saya melakukan penelitian didesa Cinere, ternyata didapat
kesimpulan bahwa warga kebanyakan menggunakan kebutuhan air yang kotor, mereka
menggunakan air irigasi yang kotor untuk mandi,mencuci dan mengakibatkan hal
tersebut membuat gatal pada kulit.
Apa yang saya akan lakukan, yaitu
mengumpulkan para warga untuk menggali tanah yang diperkirakan memiliki air
didalamnya, setelah penggalian sumur telah dilakukan maka dilakukan mengaliran
air sumur dengan jetpam kesemua warga yang tidak memiliki sumur mandi didalam
rumahnya.


Ternyata setelah melakukan
penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
![]() |


Ternyata setelah melakukan
penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
|
E. Pengaturan Transportasi Setempat yang Siap Pakai Untuk Rujukan Kedaruratan
Penyaluran Transportasi serta yang siap pakai untuk rujukan kegawat
daruratan,yaitu:
a. Rujukan Upaya
Kesehatan
Rujukan Upaya Kesehatan ini pada dasarnya meneliti rujukan kesehatan
serta rujukan medik yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal
balik. Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan
pencegahan.
Contoh : Saya sebagai bidan desa
disaat ada warga saya ada yang mengalami sakit diare, saya memberikan promosi
kesehatan kepada para warga lainnya agar menjaga kebersihan makan, lingkungan,
dan kebersihan dengan menjaga hal tersebut kita akan terhindar dari masalah
diare.
![]() |
|
||||||
|
|||||||
![]() |
|||||||
b. Bantuan Teknologi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik
dalam bidang kesehatan maupun yang berkaitan
dengan kesehatan yang mampu memberikan teknologi tertentu. Teknologi yang
diberikan harus tepat guna dan cukup sederhana dan dapat dikuasai dan
dilaksanakan serta dapat dibiayai oleh masyarakat yang bersangkutan. Bantuan
teknologi tersebut dapat berupa: Pembuatan jamban keluarga dan sarana air minum,
pembuangan air limbah, penimbangan bayi untuk pengisian kartu menuju sehat.
Contoh:
Sebagai bidan desa diwilayah Cibaduyut disaat ada warga saya yang sakit
dengan berbagai penyakit setelah saya lihat ternyata dilingkungan tersebut
warga selalu membuang sampah pada aliran air didesa tersebut padahal air
tersebut sering dipakai mereka untuk mandi dan bermain anak-anak. Melihat hal
tersebut saya memberikan bantuan ide dengan mengumpulkan para warga untuk
membuat tempat pembuangan sampah yang besar yang terbuat dari bata agar warga
bisa membuang sampah disana agar terhindar dari berbagai penyakit karena
timbunan sampah disngai.
|
|
|
||||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|
|||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||
c. Bantuan Sarana
Transportasi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik secara tertentu dalam bidang kesehatan maupun sarana yang
terrdapat pada sektor-sektor lain. Bantuan sarana transportasi tersebut dapat
berupa obat-obatan, peralatan medis, ambulans guna untuk merujuk pasien yang
mengalami kegawat daruratan dari Puskesmas ke Rumah Sakit yang dapat siap pakai
untuk pelaksanaan rujukan (Depkes RI,1997).
Contoh:
Di tempat saya praktek kebetulan tidak ada USG, ternyata ada pasien yang
memerisakan kandungannya setelah saya periksa kenapa janinnya kecil dan ibunya
juga sering merasakan sakit pada bagian bawah perutnya dan sering keluar darah
dari kemaluannya. Dan akhirnya saya merujuk pasien ke dokter yang memiliki
pasilitas USG agar mengetahui lebih lanjut keadaan janin ibu jika perkiraan
saya ditakutkan ibu mengalami abortus iminiens.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
F. Pengaturan Biaya
a. Pengembangan
Pembiayaan kesehatan
Dalam rangka mencapai tujuan dan sarana pembangunan kesehatan diperlukan
dana baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat terdapat
kecenderungan, bahwa tingginya biaya kesehatan akan memberikan beban berat kepada
pemerintah. Oleh karena itu sesuai dengan dasar - dasar pembangunan sistem
kesehatan nasional dan bahwa upaya kesehatan menjadi tanggung jawab bersama
pemerintah dan masyarakat.
b. Sumber – sumber
pembiayaan
Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan kesehatan akan
berasal dari: Masyarakat termasuk swasta, pemerintah pusat dan daerah, dana
upaya kesehatan.
c. Cara Pembiayaan
Pengakolasian dana kedalam program atau kegiatan, hendaknya bukan saja
di sesuaikan dengan prioritas yang berorientasi pada manfaat
dan daya guna yang akan tercapai, namun hendaknya di pertimbangkan
pula segi-segi kesesuaian dengan kebijaksanaan umum, namun di gariskan dana di
arahkan kepada program atau kegiatan yang di titik beratkan
kepada upaya kesehatan dengan kelompok sasaran serta masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan baik biaya berupa biaya berobat, daya sehat maupun
asuransi kesehatan merupakan komponenen biaya upaya kesehatan secara menyeluruh
( Depkes RI 1997 ).
Contoh:
Ditempat praktek saya disaat ada ibu hamil saya selalu bertanya mereka
punya kartu Jamkesmas atau BPJS jika mereka tidak memiliki ditakutkan ketika
persalinan ada apa-apa bantuan biaya sudah tersedia itu bagi masyarakat menengah
kebawah. Jika memang ada yang mampu membayar dengan kantong sendiri itu sih
tidak apa-apa tidak buat juga. Karena dengan hal ini ibu bersalin bisa terbantu
dengn biaya persalinan yang melahirkan tidak normal contonya dirumah sakit.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
G. Donor darah Berjalan
Donor
darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen
Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program
pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat
penurunan AKl.
Donor darah berjalan adalah para donor
aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan
yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait sediaan darah lewat
program yang mereka buat.
Untuk menguatkan program tersebut Menteri
Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya
penempelan stiker perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua
rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama,
tanggal taksiran persalinan,
penolong persalinan,
tempat persalinan,
pendamping persalinan,
transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan
sampai dengan persalinan
dan nifas
dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan
tersebut berjalan dengan aman dan selamat.
Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun
semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap
tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya
jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat
masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan Donor Darah
Sukarela (DDS).
Contoh:
Sebagai
bidan di Rumah Sakit Swasta saya kedapati pasien yang mengalami perdarahan
sehingga pasien memerlukan pasokan darah yang banyak sesuai dengan golongan
darahnya yaitu A. Ketika saya bertanya kepada suaminya ternyata golongan
darahnya berbeda, akhirnya dengan sangat kepepet saya menelpon pihak PMI dan
bertanya apakah pasokan darah golongan A ada, ternyata syukur masih ada.
Sehingga pihak PMI mengantarkan nya segera ke Rumah sakit.
Sebagai bidan di RS terkadang ada
saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal
tertentu.



Jika tidak ada yang mendonorkan
ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan
darah yang sesuai dengan pasien saya ini.

Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan
darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor
darah berjalan).

![]() |
Sebagai bidan di RS terkadang ada
saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal
tertentu.
|
![]() |



Jika tidak ada yang mendonorkan
ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan
darah yang sesuai dengan pasien saya ini.
|

Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan
darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor
darah berjalan).
|

H. P4K
P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam
rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu
hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pascapersalinan dengan
menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan
P4K:
Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan aman dan persiapan
menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan
bayi yang sehat.
Tahapan Kegiatan P4K diantaranya Orientasi
P4K dengan Stiker, sosialisasi, Operasionalisasi P4K dengan Stiker di tingkat
desa yang meliputi manfaatkan pertemuan Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, manfaatkan pertemuan bulanan di
tingkat desa/kelurahan, mengaktifkan Forum Peduli KIA, kontak dengan ibu hamil
dan keluarga dalam pengisian stiker, pemasangan stiker di rumah ibu hamil, pendataan
jumlah ibu hamil di wilayah desa, pengelolaan donor darah dan sarana
transportasi/ambulans desa, pembuatan dan penandatanganan Amanat Persalinan, Rekapitulasi
pelaporan, Forum Komunikasi.
Contoh:
Sebagai Bidan desa saya melakukan persiapan persalinan bagi ibu hamil
yang melakukan periksa kesaya, misalnya dengan menyediakan buku KIA dan
menyediakan stiker P4K, lalu melakukan sosialisasi kepada keluarga ibu hamil,
agar bagaimana nanti ketika mendekati persalinan, ditolong oleh siapa
persalinan nanti, persiapan baju ibu dan bayi, donor darahnya juga disiapkan,
kendaraan, serta biaya persalinan juga harus disiapkan sebelum persalinan agar
mempermudah ibu saat persalinan.
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
Referensi :
Ilmu kesehatan masyarakat oleh
syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST, SKM; Dra. Jomima, M.Kes 8.4
PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT.
BAB I
PENDAHULUAN
Penggerakkan dan
pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif
dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta
memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka
miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta
LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat.
Penggerakkan dan
pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan
proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat
dibidang
kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya jumlah anggota
masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu,
Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader
kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
Kebidanan komunitas
tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, keberhasilan kebidanan komunitas
dalam rangka upaya peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga bergantung
kepada dukungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peran serta masyarakat
mutlak di dalam suatu upaya kesehatantermasuk upaya kesehatan ibu dan anak.
Upaya kesehatan bukan oleh
pemerintah saja, peran serta masyarakat merupakan unsur mutlak dalam
kegiatan upaya kesehatan kemandirian masyarakat diperlukan untuk
mengatasi masalah kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah
kunci kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan
suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta
masyarakat ( Melani N, 2009).
a.
Untuk mengetahui tentang pendataan sasaran sebagai bentuk
pembinaan peran serta masyarakat
b. Untuk mengetahui tentang pencatatan
kelahiran dan kematian ibu dan bayi sebagai bentuk pembinaan peran serta
masyarakat
c.
Untuk mengetahui tentang pergerakan sasaran agar mau
menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak
(KIA) sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
a. Manfaat teoritis
1. Sebagai pengembangan bahan masukan atau
pengkajian baru khususnya ilmu kebidanan komunitas.
b. Manfaat
praktis
1. Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa
akademi kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang. .
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
dengan topik pembinaan peran serta masyarakat : pendataan sasaran, pencatatan
kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan pergerakan sasaran agar mau menerima
atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Pengertian
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga
swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya mengambil
tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan
kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan
masalah kesehatan yang dihadapinya, Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan
memimpin dalam perkembangan kegiatan masyarakat dibidang
kesehatan yang
dilandasi dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang
dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan
agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat.
b.
Tujuan.
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan
oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana
menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai
upaya dilakukan oleh bidan, seperti : Peningkatan peran
pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat dalam setiap
upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, Peningkatan dan
kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan
peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. Dorongan
masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program
peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama
dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu
meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah
dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam
proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat (
Laluna A, 2008 )
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi
peran serta masyarakat
a). Manfaat
kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas
bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih
besar.
b). Adanya
kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperan serta dan masyarakat melihat memang ada hal – hal yang berguna dalam
kegiatan yang akan dilakukan.
c). Memiliki
keterampilan
Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang
mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik
untuk berperan serta.
d). Rasa memiliki
Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat
sudah diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan
baik maka peran serta akan dapat dilestarikan.
e). Faktor tokoh
masyarakat
Jika
dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh – tokoh
masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan
tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).
a.
Langkah Pembinaan Peran Serta
Masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi manusia.
Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadikan pelaku
upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
Secara
garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah : Melaksanakan
penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk
mendapatkan dukungan. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber
daya yang dimilikinya. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk
masyarakat melalui kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
Contoh :
Sebagai seorang bidan desa disuatu wilayah, saya ingin melakukan
pendekatan kepada masyarakat didesa saya agar desa yang mereka tempati dapat
memberikan kenyamanan bagi diri setiap warga maupun bagi pendatang didesa kami.
Hal yang ingin sekali saya lakukan yaitu memberikan kenyamanan, kesejahteraan
bagi warga saya.
Warga dikampung saya memang terbilang masih banyak yang kurang mampu dan
kurangnya pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.
Bersama para warga kami mengadakan kegiatan dari yang paling termudah
yaitu Jumsih ( Jum’at bersih ) yaitu kegiatan yang diadakan setiap hari Jum’at
pagi kegiatan yang kami lakukan yaitu membersihkan selokan, jalanan, pohon yang
menutupi jalanan, tempat pembuangan sampah, membangun kamar mandi bersih bagi
para warga yang tidak memiliki kamar mandi bersih.
Saya hanya ingin warga merasa nyaman dengan lingkungannya, dengan peran
serta masyarakat khususnya warga yang ada di desa saya dari mulai individu,
keluarga serta para tokoh masyarakatpun ikut ambil andil bersama para warga.
Tidak hanya itu saja, saya beserta para tokoh masyarakat didesa
berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran
serta masyarakat untuk peduli lingkungan dan dapat melakukan pembinaan tentang
rasa memiliki terhadap kesejahteraan tempat tinggal, lingkungan dan kesehatan
khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia. Agar kwalitas kehidupan
didesa ini menjadi lebih baik serta terhindar dari berbagai penyakit agar tercipta
UHH yang lebih panjang.
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
![]() |
|
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
![]() |
Saya
beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan
warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan
kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.
Saya
beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan
warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan
kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.
|
B. Pendataan Sasaran
Adapun sasaran dalam pendataan sasaran ini adalah : Semua masyarakat
yang berpenghasilan rendah maupun menengah baik pedesaan maupun perkotaan. Unsur
lintas sektor dan lintas program yang terkait, kader teknis yang tersedia organisasi
masyarakat dan masyarakat umum.
Adapun tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu : Pengumpulan data, Pencatatan
data, Pengolahan data, Pembuatan Grafik PWS KIA.
Contoh kasus :
Sebagai
seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya yaitu
melakukan pendataan sasaran KIA seperti sasarannya itu ibu hamil, melahirkan,
ibu nifas, imunisasi, BBL. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada
berapa ibu hamil yang melakukan periksa hamil dalam 1 bulan, berapa bayi yang
melakukan imunisasi, berapa ibu yang melahirkan, dan berapa ibu nifas yang
melakukan kunjungan nifas.
Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.
Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang sudah banyak ibu-ibu memeriksakan kehamilannya, serta wilayah mana yang sedikit ibu-ibu memeriksakan kehamilannya.
|
|
|
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
C. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi
a. Pengertian
Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar
gedung Puskesmas, dan bidan di desa harus di catat. Kematian ibu
adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah
berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang
berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari
kasus – kasus kecelakaan atau insidental (Depkes RI, 1998 ).
Menurut Kemenkes RI 2012. Sesuai target
MDGs 2015, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Sehingga untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan
upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun
masyarakat (www.Kesehatanibu.Depkes.go.id). Menurut
Riset Kesehatan
Dasar (Rikesdas) tahun 2010 dalam penelitian di Universitas Sumatra Utara oleh Rossi Sanusi, yang
menyatakan bahwa kematian ibu di Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup, angka
kematian bayi 34/1000 kelahiran hidup, artinya dengan jumlah penduduk
225.642.000 berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 orang ibu
meninggal per jam dan 17 bayi meninggal per jam oleh sebab yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas (www.Repository.Usu.ac.id). Pada hasil dokumentasi
provinsi Jawa Barat didapatkan target angka kematian ibu yang harus di capai
pada tahun 2013 harus diturunkan sampai 205-210/100.000 kelahiran hidup. Target
angka kematian bayi pada tahun 2013 harus mencapai 26-30/1000 kelahiran hidup
(www.Jabarprov.go.id/IX.doc). Sedangkan jumlah yang didapatkan dari provinisi
Jawa Barat tahun 2007 pada lampiran profil kesehatan Jawa Barat angka
kematian ibu sebanyak 788 per 822.481 kelahiran hidup. Pada angka kematian bayi
sebanyak 4.277 per 822,481 kelahiran hidup (Depkes Jabar. 2007)
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan
kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan (
Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care system is
functioning).
c. Penyebab Kematian Ibu
dan Bayi
Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia
(13%), aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain
(15%). Sedangkan AKI berdasarkan BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran
hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7%, sistem pernapasan
27,6%, diare 9,4%, sistem pencernaan
4,3%, tetanus 3,4%, syaraf 3,2%, dan gejala
tidak jelas 4,1%.
Contoh Kasus:
Sebagai seorang bidan
desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya melakukan pendataan AKI
dan AKB diwilayah pegangan kami. Cara saya melakukan pendataan yaitu
menjumlahkan ada berapa ibu yang meninggal baik saat kehamilan, persalinan dan
masa nifas serta kematian BBL.
Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.
Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang terbanyak AKI dan AKB dan wilayah mana yang paling terendah AKI dan AKB nya dengan membuat Grafik dengan mengurutkannya agar mempermudahnya. Setelah data terkumpul lalu data tersebut dikirim ke Dinkes Kabupaten.
|
|
|||||||||||
|
||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
![]() |
||||||||||||
|
D. Penggerakan Sasaran Agar Mencapai Pelayanan KIA
Penggerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan KIA adalah
dilihat dari peran bidan komunitas, yang tidak lain adalah
membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan
yang optimal.
a. Sebagai Pendidik
Berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah kerjanya dapat
berubah sesuai dengan kaidah kesehatan.
Contoh Kasus: Saya seorang bidan
yang telah lulus pendidikan S2 Kebidanan, dan sekarang saya menjadi pendidik di
salah satu Instansi pendidikan Kebidanan didaerah Karawang, menjadi pengajar
untuk tingkat 1 itu adalah tugasku sebagai bidan pendidik.
|
|
|
||||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
||||||||||||
b. Sebagai
Pelaksana
Bidan harus mengetahui dan menguasai
IPTEK untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap kelompok remaja pra nikah,
pemeliharaan kesehatan bumil, nifas, dan masa interval dalam keluarga,
pertolongan persalinan di rumah, tindakan pertolongan
pertama pada kasus kegawatan obstetrik di keluarga, pemeliharaan kesehatan
kelompok wanita dengan gangguan reproduksi dikeluarga, pemeliharaan kesehatan
anak balita.
Contoh kasus: Sebagai seorang bidan didesa Sukareja, tugas saya
melakukan gerakan posyandu untuk melakukan hal tersebut saya akan membutuhkan
para kader agar bisa membantu saya. Hal yang saya lakukan yaitu melakukan
pembinaan kepada para kader tersebut agar benar saat memberikan bantuan di posyandu.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
c. Sebagai Pengelola
Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di
puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang
pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus
mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan.
Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di
masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintah.
Contoh kasus : Sebagai seorang bidan
Koordinator di Puskesmas Purwasari tugas saya mengkoordinir keadaan yang ada di
Puskesmas ini dari mulai menyarankan bidan-bidan pekerja pekerja di Puskesmas
yang memiliki tempat praktek agar dapat melaporkan kinerja mereka di desa
dengan cara menulis khohor. Harapan saya dengan hal ini para bidan bisa belajar
mencatat perkembangan AKI dan AKB diwilayahnya masing-masing, dengan bimbingan
terlebih dahulu tentunya.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
d. Sebagai Peneliti
Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan
peneliti professional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan pengolahan dan
analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau
hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan
tindakan sesuai dengn permasalahan yang ditemukan. Bidan juga harus dapat melaksanakan
evaluasi atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
Contoh
kasus:
Di desa Cinere terdapat warga yang
mengalami penyakit kulit, banyak sekali warga periksa kenapa mereka mengalami
penyakit kulit yang gatal dan perih
dalam satu keluarga bisa satu atau dua orang mengalami hal tersebut, mengetahui
hal tersebut saya melakukan penelitian didesa Cinere, ternyata didapat
kesimpulan bahwa warga kebanyakan menggunakan kebutuhan air yang kotor, mereka
menggunakan air irigasi yang kotor untuk mandi,mencuci dan mengakibatkan hal
tersebut membuat gatal pada kulit.
Apa yang saya akan lakukan, yaitu
mengumpulkan para warga untuk menggali tanah yang diperkirakan memiliki air
didalamnya, setelah penggalian sumur telah dilakukan maka dilakukan mengaliran
air sumur dengan jetpam kesemua warga yang tidak memiliki sumur mandi didalam
rumahnya.


Ternyata setelah melakukan
penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
![]() |


Ternyata setelah melakukan
penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
|
E. Pengaturan Transportasi Setempat yang Siap Pakai Untuk Rujukan Kedaruratan
Penyaluran Transportasi serta yang siap pakai untuk rujukan kegawat
daruratan,yaitu:
a. Rujukan Upaya
Kesehatan
Rujukan Upaya Kesehatan ini pada dasarnya meneliti rujukan kesehatan
serta rujukan medik yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal
balik. Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan
pencegahan.
Contoh : Saya sebagai bidan desa
disaat ada warga saya ada yang mengalami sakit diare, saya memberikan promosi
kesehatan kepada para warga lainnya agar menjaga kebersihan makan, lingkungan,
dan kebersihan dengan menjaga hal tersebut kita akan terhindar dari masalah
diare.
![]() |
|
||||||
|
|||||||
![]() |
|||||||
b. Bantuan Teknologi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik
dalam bidang kesehatan maupun yang berkaitan
dengan kesehatan yang mampu memberikan teknologi tertentu. Teknologi yang
diberikan harus tepat guna dan cukup sederhana dan dapat dikuasai dan
dilaksanakan serta dapat dibiayai oleh masyarakat yang bersangkutan. Bantuan
teknologi tersebut dapat berupa: Pembuatan jamban keluarga dan sarana air minum,
pembuangan air limbah, penimbangan bayi untuk pengisian kartu menuju sehat.
Contoh:
Sebagai bidan desa diwilayah Cibaduyut disaat ada warga saya yang sakit
dengan berbagai penyakit setelah saya lihat ternyata dilingkungan tersebut
warga selalu membuang sampah pada aliran air didesa tersebut padahal air
tersebut sering dipakai mereka untuk mandi dan bermain anak-anak. Melihat hal
tersebut saya memberikan bantuan ide dengan mengumpulkan para warga untuk
membuat tempat pembuangan sampah yang besar yang terbuat dari bata agar warga
bisa membuang sampah disana agar terhindar dari berbagai penyakit karena
timbunan sampah disngai.
|
|
|
||||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|
|||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||
c. Bantuan Sarana
Transportasi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik secara tertentu dalam bidang kesehatan maupun sarana yang
terrdapat pada sektor-sektor lain. Bantuan sarana transportasi tersebut dapat
berupa obat-obatan, peralatan medis, ambulans guna untuk merujuk pasien yang
mengalami kegawat daruratan dari Puskesmas ke Rumah Sakit yang dapat siap pakai
untuk pelaksanaan rujukan (Depkes RI,1997).
Contoh:
Di tempat saya praktek kebetulan tidak ada USG, ternyata ada pasien yang
memerisakan kandungannya setelah saya periksa kenapa janinnya kecil dan ibunya
juga sering merasakan sakit pada bagian bawah perutnya dan sering keluar darah
dari kemaluannya. Dan akhirnya saya merujuk pasien ke dokter yang memiliki
pasilitas USG agar mengetahui lebih lanjut keadaan janin ibu jika perkiraan
saya ditakutkan ibu mengalami abortus iminiens.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
F. Pengaturan Biaya
a. Pengembangan
Pembiayaan kesehatan
Dalam rangka mencapai tujuan dan sarana pembangunan kesehatan diperlukan
dana baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat terdapat
kecenderungan, bahwa tingginya biaya kesehatan akan memberikan beban berat kepada
pemerintah. Oleh karena itu sesuai dengan dasar - dasar pembangunan sistem
kesehatan nasional dan bahwa upaya kesehatan menjadi tanggung jawab bersama
pemerintah dan masyarakat.
b. Sumber – sumber
pembiayaan
Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan kesehatan akan
berasal dari: Masyarakat termasuk swasta, pemerintah pusat dan daerah, dana
upaya kesehatan.
c. Cara Pembiayaan
Pengakolasian dana kedalam program atau kegiatan, hendaknya bukan saja
di sesuaikan dengan prioritas yang berorientasi pada manfaat
dan daya guna yang akan tercapai, namun hendaknya di pertimbangkan
pula segi-segi kesesuaian dengan kebijaksanaan umum, namun di gariskan dana di
arahkan kepada program atau kegiatan yang di titik beratkan
kepada upaya kesehatan dengan kelompok sasaran serta masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan baik biaya berupa biaya berobat, daya sehat maupun
asuransi kesehatan merupakan komponenen biaya upaya kesehatan secara menyeluruh
( Depkes RI 1997 ).
Contoh:
Ditempat praktek saya disaat ada ibu hamil saya selalu bertanya mereka
punya kartu Jamkesmas atau BPJS jika mereka tidak memiliki ditakutkan ketika
persalinan ada apa-apa bantuan biaya sudah tersedia itu bagi masyarakat menengah
kebawah. Jika memang ada yang mampu membayar dengan kantong sendiri itu sih
tidak apa-apa tidak buat juga. Karena dengan hal ini ibu bersalin bisa terbantu
dengn biaya persalinan yang melahirkan tidak normal contonya dirumah sakit.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
G. Donor darah Berjalan
Donor
darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen
Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program
pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat
penurunan AKl.
Donor darah berjalan adalah para donor
aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan
yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait sediaan darah lewat
program yang mereka buat.
Untuk menguatkan program tersebut Menteri
Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya
penempelan stiker perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua
rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama,
tanggal taksiran persalinan,
penolong persalinan,
tempat persalinan,
pendamping persalinan,
transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan
sampai dengan persalinan
dan nifas
dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan
tersebut berjalan dengan aman dan selamat.
Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun
semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap
tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya
jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat
masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan Donor Darah
Sukarela (DDS).
Contoh:
Sebagai
bidan di Rumah Sakit Swasta saya kedapati pasien yang mengalami perdarahan
sehingga pasien memerlukan pasokan darah yang banyak sesuai dengan golongan
darahnya yaitu A. Ketika saya bertanya kepada suaminya ternyata golongan
darahnya berbeda, akhirnya dengan sangat kepepet saya menelpon pihak PMI dan
bertanya apakah pasokan darah golongan A ada, ternyata syukur masih ada.
Sehingga pihak PMI mengantarkan nya segera ke Rumah sakit.
Sebagai bidan di RS terkadang ada
saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal
tertentu.



Jika tidak ada yang mendonorkan
ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan
darah yang sesuai dengan pasien saya ini.

Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan
darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor
darah berjalan).

![]() |
Sebagai bidan di RS terkadang ada
saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal
tertentu.
|
![]() |



Jika tidak ada yang mendonorkan
ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan
darah yang sesuai dengan pasien saya ini.
|

Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan
darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor
darah berjalan).
|

H. P4K
P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam
rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu
hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pascapersalinan dengan
menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan
P4K:
Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan aman dan persiapan
menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan
bayi yang sehat.
Tahapan Kegiatan P4K diantaranya Orientasi
P4K dengan Stiker, sosialisasi, Operasionalisasi P4K dengan Stiker di tingkat
desa yang meliputi manfaatkan pertemuan Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, manfaatkan pertemuan bulanan di
tingkat desa/kelurahan, mengaktifkan Forum Peduli KIA, kontak dengan ibu hamil
dan keluarga dalam pengisian stiker, pemasangan stiker di rumah ibu hamil, pendataan
jumlah ibu hamil di wilayah desa, pengelolaan donor darah dan sarana
transportasi/ambulans desa, pembuatan dan penandatanganan Amanat Persalinan, Rekapitulasi
pelaporan, Forum Komunikasi.
Contoh:
Sebagai Bidan desa saya melakukan persiapan persalinan bagi ibu hamil
yang melakukan periksa kesaya, misalnya dengan menyediakan buku KIA dan
menyediakan stiker P4K, lalu melakukan sosialisasi kepada keluarga ibu hamil,
agar bagaimana nanti ketika mendekati persalinan, ditolong oleh siapa
persalinan nanti, persiapan baju ibu dan bayi, donor darahnya juga disiapkan,
kendaraan, serta biaya persalinan juga harus disiapkan sebelum persalinan agar
mempermudah ibu saat persalinan.
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
Referensi :
Ilmu kesehatan masyarakat oleh
syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST, SKM; Dra. Jomima, M.Kes 8.4
PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT.
BAB I
PENDAHULUAN
Penggerakkan dan
pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif
dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta
memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka
miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta
LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat.
Penggerakkan dan
pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan
proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat
dibidang
kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya jumlah anggota
masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu,
Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader
kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
Kebidanan komunitas
tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, keberhasilan kebidanan komunitas
dalam rangka upaya peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga bergantung
kepada dukungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peran serta masyarakat
mutlak di dalam suatu upaya kesehatantermasuk upaya kesehatan ibu dan anak.
Upaya kesehatan bukan oleh
pemerintah saja, peran serta masyarakat merupakan unsur mutlak dalam
kegiatan upaya kesehatan kemandirian masyarakat diperlukan untuk
mengatasi masalah kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah
kunci kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan
suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta
masyarakat ( Melani N, 2009).
a.
Untuk mengetahui tentang pendataan sasaran sebagai bentuk
pembinaan peran serta masyarakat
b. Untuk mengetahui tentang pencatatan
kelahiran dan kematian ibu dan bayi sebagai bentuk pembinaan peran serta
masyarakat
c.
Untuk mengetahui tentang pergerakan sasaran agar mau
menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak
(KIA) sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
a. Manfaat teoritis
1. Sebagai pengembangan bahan masukan atau
pengkajian baru khususnya ilmu kebidanan komunitas.
b. Manfaat
praktis
1. Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa
akademi kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang. .
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
dengan topik pembinaan peran serta masyarakat : pendataan sasaran, pencatatan
kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan pergerakan sasaran agar mau menerima
atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Pengertian
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga
swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya mengambil
tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan
kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan
masalah kesehatan yang dihadapinya, Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan
memimpin dalam perkembangan kegiatan masyarakat dibidang
kesehatan yang
dilandasi dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang
dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan
agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat.
b.
Tujuan.
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan
oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana
menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai
upaya dilakukan oleh bidan, seperti : Peningkatan peran
pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat dalam setiap
upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, Peningkatan dan
kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan
peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. Dorongan
masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program
peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama
dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu
meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah
dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam
proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat (
Laluna A, 2008 )
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi
peran serta masyarakat
a). Manfaat
kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas
bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih
besar.
b). Adanya
kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperan serta dan masyarakat melihat memang ada hal – hal yang berguna dalam
kegiatan yang akan dilakukan.
c). Memiliki
keterampilan
Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang
mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik
untuk berperan serta.
d). Rasa memiliki
Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat
sudah diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan
baik maka peran serta akan dapat dilestarikan.
e). Faktor tokoh
masyarakat
Jika
dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh – tokoh
masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan
tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).
a.
Langkah Pembinaan Peran Serta
Masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi manusia.
Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadikan pelaku
upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
Secara
garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah : Melaksanakan
penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk
mendapatkan dukungan. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber
daya yang dimilikinya. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk
masyarakat melalui kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
Contoh :
Sebagai seorang bidan desa disuatu wilayah, saya ingin melakukan
pendekatan kepada masyarakat didesa saya agar desa yang mereka tempati dapat
memberikan kenyamanan bagi diri setiap warga maupun bagi pendatang didesa kami.
Hal yang ingin sekali saya lakukan yaitu memberikan kenyamanan, kesejahteraan
bagi warga saya.
Warga dikampung saya memang terbilang masih banyak yang kurang mampu dan
kurangnya pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.
Bersama para warga kami mengadakan kegiatan dari yang paling termudah
yaitu Jumsih ( Jum’at bersih ) yaitu kegiatan yang diadakan setiap hari Jum’at
pagi kegiatan yang kami lakukan yaitu membersihkan selokan, jalanan, pohon yang
menutupi jalanan, tempat pembuangan sampah, membangun kamar mandi bersih bagi
para warga yang tidak memiliki kamar mandi bersih.
Saya hanya ingin warga merasa nyaman dengan lingkungannya, dengan peran
serta masyarakat khususnya warga yang ada di desa saya dari mulai individu,
keluarga serta para tokoh masyarakatpun ikut ambil andil bersama para warga.
Tidak hanya itu saja, saya beserta para tokoh masyarakat didesa
berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran
serta masyarakat untuk peduli lingkungan dan dapat melakukan pembinaan tentang
rasa memiliki terhadap kesejahteraan tempat tinggal, lingkungan dan kesehatan
khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia. Agar kwalitas kehidupan
didesa ini menjadi lebih baik serta terhindar dari berbagai penyakit agar tercipta
UHH yang lebih panjang.
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
![]() |
|
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
![]() |
Saya
beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan
warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan
kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.
Saya
beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan
warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan
kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.
|
B. Pendataan Sasaran
Adapun sasaran dalam pendataan sasaran ini adalah : Semua masyarakat
yang berpenghasilan rendah maupun menengah baik pedesaan maupun perkotaan. Unsur
lintas sektor dan lintas program yang terkait, kader teknis yang tersedia organisasi
masyarakat dan masyarakat umum.
Adapun tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu : Pengumpulan data, Pencatatan
data, Pengolahan data, Pembuatan Grafik PWS KIA.
Contoh kasus :
Sebagai
seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya yaitu
melakukan pendataan sasaran KIA seperti sasarannya itu ibu hamil, melahirkan,
ibu nifas, imunisasi, BBL. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada
berapa ibu hamil yang melakukan periksa hamil dalam 1 bulan, berapa bayi yang
melakukan imunisasi, berapa ibu yang melahirkan, dan berapa ibu nifas yang
melakukan kunjungan nifas.
Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.
Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang sudah banyak ibu-ibu memeriksakan kehamilannya, serta wilayah mana yang sedikit ibu-ibu memeriksakan kehamilannya.
|
|
|
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||
C. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi
a. Pengertian
Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar
gedung Puskesmas, dan bidan di desa harus di catat. Kematian ibu
adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah
berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang
berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari
kasus – kasus kecelakaan atau insidental (Depkes RI, 1998 ).
Menurut Kemenkes RI 2012. Sesuai target
MDGs 2015, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Sehingga untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan
upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun
masyarakat (www.Kesehatanibu.Depkes.go.id). Menurut
Riset Kesehatan
Dasar (Rikesdas) tahun 2010 dalam penelitian di Universitas Sumatra Utara oleh Rossi Sanusi, yang
menyatakan bahwa kematian ibu di Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup, angka
kematian bayi 34/1000 kelahiran hidup, artinya dengan jumlah penduduk
225.642.000 berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 orang ibu
meninggal per jam dan 17 bayi meninggal per jam oleh sebab yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas (www.Repository.Usu.ac.id). Pada hasil dokumentasi
provinsi Jawa Barat didapatkan target angka kematian ibu yang harus di capai
pada tahun 2013 harus diturunkan sampai 205-210/100.000 kelahiran hidup. Target
angka kematian bayi pada tahun 2013 harus mencapai 26-30/1000 kelahiran hidup
(www.Jabarprov.go.id/IX.doc). Sedangkan jumlah yang didapatkan dari provinisi
Jawa Barat tahun 2007 pada lampiran profil kesehatan Jawa Barat angka
kematian ibu sebanyak 788 per 822.481 kelahiran hidup. Pada angka kematian bayi
sebanyak 4.277 per 822,481 kelahiran hidup (Depkes Jabar. 2007)
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan
kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan (
Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care system is
functioning).
c. Penyebab Kematian Ibu
dan Bayi
Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia
(13%), aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain
(15%). Sedangkan AKI berdasarkan BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran
hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7%, sistem pernapasan
27,6%, diare 9,4%, sistem pencernaan
4,3%, tetanus 3,4%, syaraf 3,2%, dan gejala
tidak jelas 4,1%.
Contoh Kasus:
Sebagai seorang bidan
desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya melakukan pendataan AKI
dan AKB diwilayah pegangan kami. Cara saya melakukan pendataan yaitu
menjumlahkan ada berapa ibu yang meninggal baik saat kehamilan, persalinan dan
masa nifas serta kematian BBL.
Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.
Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang terbanyak AKI dan AKB dan wilayah mana yang paling terendah AKI dan AKB nya dengan membuat Grafik dengan mengurutkannya agar mempermudahnya. Setelah data terkumpul lalu data tersebut dikirim ke Dinkes Kabupaten.
|
|
|||||||||||
|
||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
![]() |
||||||||||||
|
D. Penggerakan Sasaran Agar Mencapai Pelayanan KIA
Penggerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan KIA adalah
dilihat dari peran bidan komunitas, yang tidak lain adalah
membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan
yang optimal.
a. Sebagai Pendidik
Berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah kerjanya dapat
berubah sesuai dengan kaidah kesehatan.
Contoh Kasus: Saya seorang bidan
yang telah lulus pendidikan S2 Kebidanan, dan sekarang saya menjadi pendidik di
salah satu Instansi pendidikan Kebidanan didaerah Karawang, menjadi pengajar
untuk tingkat 1 itu adalah tugasku sebagai bidan pendidik.
|
|
|
||||||||||
![]() |
||||||||||||
![]() |
||||||||||||
b. Sebagai
Pelaksana
Bidan harus mengetahui dan menguasai
IPTEK untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap kelompok remaja pra nikah,
pemeliharaan kesehatan bumil, nifas, dan masa interval dalam keluarga,
pertolongan persalinan di rumah, tindakan pertolongan
pertama pada kasus kegawatan obstetrik di keluarga, pemeliharaan kesehatan
kelompok wanita dengan gangguan reproduksi dikeluarga, pemeliharaan kesehatan
anak balita.
Contoh kasus: Sebagai seorang bidan didesa Sukareja, tugas saya
melakukan gerakan posyandu untuk melakukan hal tersebut saya akan membutuhkan
para kader agar bisa membantu saya. Hal yang saya lakukan yaitu melakukan
pembinaan kepada para kader tersebut agar benar saat memberikan bantuan di posyandu.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
c. Sebagai Pengelola
Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di
puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang
pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus
mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan.
Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di
masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintah.
Contoh kasus : Sebagai seorang bidan
Koordinator di Puskesmas Purwasari tugas saya mengkoordinir keadaan yang ada di
Puskesmas ini dari mulai menyarankan bidan-bidan pekerja pekerja di Puskesmas
yang memiliki tempat praktek agar dapat melaporkan kinerja mereka di desa
dengan cara menulis khohor. Harapan saya dengan hal ini para bidan bisa belajar
mencatat perkembangan AKI dan AKB diwilayahnya masing-masing, dengan bimbingan
terlebih dahulu tentunya.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
d. Sebagai Peneliti
Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan
peneliti professional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan pengolahan dan
analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau
hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan
tindakan sesuai dengn permasalahan yang ditemukan. Bidan juga harus dapat melaksanakan
evaluasi atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
Contoh
kasus:
Di desa Cinere terdapat warga yang
mengalami penyakit kulit, banyak sekali warga periksa kenapa mereka mengalami
penyakit kulit yang gatal dan perih
dalam satu keluarga bisa satu atau dua orang mengalami hal tersebut, mengetahui
hal tersebut saya melakukan penelitian didesa Cinere, ternyata didapat
kesimpulan bahwa warga kebanyakan menggunakan kebutuhan air yang kotor, mereka
menggunakan air irigasi yang kotor untuk mandi,mencuci dan mengakibatkan hal
tersebut membuat gatal pada kulit.
Apa yang saya akan lakukan, yaitu
mengumpulkan para warga untuk menggali tanah yang diperkirakan memiliki air
didalamnya, setelah penggalian sumur telah dilakukan maka dilakukan mengaliran
air sumur dengan jetpam kesemua warga yang tidak memiliki sumur mandi didalam
rumahnya.


Ternyata setelah melakukan
penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
![]() |


Ternyata setelah melakukan
penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
|
E. Pengaturan Transportasi Setempat yang Siap Pakai Untuk Rujukan Kedaruratan
Penyaluran Transportasi serta yang siap pakai untuk rujukan kegawat
daruratan,yaitu:
a. Rujukan Upaya
Kesehatan
Rujukan Upaya Kesehatan ini pada dasarnya meneliti rujukan kesehatan
serta rujukan medik yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal
balik. Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan
pencegahan.
Contoh : Saya sebagai bidan desa
disaat ada warga saya ada yang mengalami sakit diare, saya memberikan promosi
kesehatan kepada para warga lainnya agar menjaga kebersihan makan, lingkungan,
dan kebersihan dengan menjaga hal tersebut kita akan terhindar dari masalah
diare.
![]() |
|
||||||
|
|||||||
![]() |
|||||||
b. Bantuan Teknologi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik
dalam bidang kesehatan maupun yang berkaitan
dengan kesehatan yang mampu memberikan teknologi tertentu. Teknologi yang
diberikan harus tepat guna dan cukup sederhana dan dapat dikuasai dan
dilaksanakan serta dapat dibiayai oleh masyarakat yang bersangkutan. Bantuan
teknologi tersebut dapat berupa: Pembuatan jamban keluarga dan sarana air minum,
pembuangan air limbah, penimbangan bayi untuk pengisian kartu menuju sehat.
Contoh:
Sebagai bidan desa diwilayah Cibaduyut disaat ada warga saya yang sakit
dengan berbagai penyakit setelah saya lihat ternyata dilingkungan tersebut
warga selalu membuang sampah pada aliran air didesa tersebut padahal air
tersebut sering dipakai mereka untuk mandi dan bermain anak-anak. Melihat hal
tersebut saya memberikan bantuan ide dengan mengumpulkan para warga untuk
membuat tempat pembuangan sampah yang besar yang terbuat dari bata agar warga
bisa membuang sampah disana agar terhindar dari berbagai penyakit karena
timbunan sampah disngai.
|
|
|
||||||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|
|||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||
c. Bantuan Sarana
Transportasi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik secara tertentu dalam bidang kesehatan maupun sarana yang
terrdapat pada sektor-sektor lain. Bantuan sarana transportasi tersebut dapat
berupa obat-obatan, peralatan medis, ambulans guna untuk merujuk pasien yang
mengalami kegawat daruratan dari Puskesmas ke Rumah Sakit yang dapat siap pakai
untuk pelaksanaan rujukan (Depkes RI,1997).
Contoh:
Di tempat saya praktek kebetulan tidak ada USG, ternyata ada pasien yang
memerisakan kandungannya setelah saya periksa kenapa janinnya kecil dan ibunya
juga sering merasakan sakit pada bagian bawah perutnya dan sering keluar darah
dari kemaluannya. Dan akhirnya saya merujuk pasien ke dokter yang memiliki
pasilitas USG agar mengetahui lebih lanjut keadaan janin ibu jika perkiraan
saya ditakutkan ibu mengalami abortus iminiens.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
F. Pengaturan Biaya
a. Pengembangan
Pembiayaan kesehatan
Dalam rangka mencapai tujuan dan sarana pembangunan kesehatan diperlukan
dana baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat terdapat
kecenderungan, bahwa tingginya biaya kesehatan akan memberikan beban berat kepada
pemerintah. Oleh karena itu sesuai dengan dasar - dasar pembangunan sistem
kesehatan nasional dan bahwa upaya kesehatan menjadi tanggung jawab bersama
pemerintah dan masyarakat.
b. Sumber – sumber
pembiayaan
Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan kesehatan akan
berasal dari: Masyarakat termasuk swasta, pemerintah pusat dan daerah, dana
upaya kesehatan.
c. Cara Pembiayaan
Pengakolasian dana kedalam program atau kegiatan, hendaknya bukan saja
di sesuaikan dengan prioritas yang berorientasi pada manfaat
dan daya guna yang akan tercapai, namun hendaknya di pertimbangkan
pula segi-segi kesesuaian dengan kebijaksanaan umum, namun di gariskan dana di
arahkan kepada program atau kegiatan yang di titik beratkan
kepada upaya kesehatan dengan kelompok sasaran serta masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan baik biaya berupa biaya berobat, daya sehat maupun
asuransi kesehatan merupakan komponenen biaya upaya kesehatan secara menyeluruh
( Depkes RI 1997 ).
Contoh:
Ditempat praktek saya disaat ada ibu hamil saya selalu bertanya mereka
punya kartu Jamkesmas atau BPJS jika mereka tidak memiliki ditakutkan ketika
persalinan ada apa-apa bantuan biaya sudah tersedia itu bagi masyarakat menengah
kebawah. Jika memang ada yang mampu membayar dengan kantong sendiri itu sih
tidak apa-apa tidak buat juga. Karena dengan hal ini ibu bersalin bisa terbantu
dengn biaya persalinan yang melahirkan tidak normal contonya dirumah sakit.
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
G. Donor darah Berjalan
Donor
darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen
Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program
pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat
penurunan AKl.
Donor darah berjalan adalah para donor
aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan
yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait sediaan darah lewat
program yang mereka buat.
Untuk menguatkan program tersebut Menteri
Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya
penempelan stiker perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua
rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama,
tanggal taksiran persalinan,
penolong persalinan,
tempat persalinan,
pendamping persalinan,
transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan
sampai dengan persalinan
dan nifas
dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan
tersebut berjalan dengan aman dan selamat.
Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun
semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap
tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya
jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat
masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan Donor Darah
Sukarela (DDS).
Contoh:
Sebagai
bidan di Rumah Sakit Swasta saya kedapati pasien yang mengalami perdarahan
sehingga pasien memerlukan pasokan darah yang banyak sesuai dengan golongan
darahnya yaitu A. Ketika saya bertanya kepada suaminya ternyata golongan
darahnya berbeda, akhirnya dengan sangat kepepet saya menelpon pihak PMI dan
bertanya apakah pasokan darah golongan A ada, ternyata syukur masih ada.
Sehingga pihak PMI mengantarkan nya segera ke Rumah sakit.
Sebagai bidan di RS terkadang ada
saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal
tertentu.



Jika tidak ada yang mendonorkan
ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan
darah yang sesuai dengan pasien saya ini.

Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan
darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor
darah berjalan).

![]() |
Sebagai bidan di RS terkadang ada
saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal
tertentu.
|
![]() |



Jika tidak ada yang mendonorkan
ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan
darah yang sesuai dengan pasien saya ini.
|

Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan
darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor
darah berjalan).
|

H. P4K
P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam
rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu
hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pascapersalinan dengan
menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan
P4K:
Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan aman dan persiapan
menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan
bayi yang sehat.
Tahapan Kegiatan P4K diantaranya Orientasi
P4K dengan Stiker, sosialisasi, Operasionalisasi P4K dengan Stiker di tingkat
desa yang meliputi manfaatkan pertemuan Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, manfaatkan pertemuan bulanan di
tingkat desa/kelurahan, mengaktifkan Forum Peduli KIA, kontak dengan ibu hamil
dan keluarga dalam pengisian stiker, pemasangan stiker di rumah ibu hamil, pendataan
jumlah ibu hamil di wilayah desa, pengelolaan donor darah dan sarana
transportasi/ambulans desa, pembuatan dan penandatanganan Amanat Persalinan, Rekapitulasi
pelaporan, Forum Komunikasi.
Contoh:
Sebagai Bidan desa saya melakukan persiapan persalinan bagi ibu hamil
yang melakukan periksa kesaya, misalnya dengan menyediakan buku KIA dan
menyediakan stiker P4K, lalu melakukan sosialisasi kepada keluarga ibu hamil,
agar bagaimana nanti ketika mendekati persalinan, ditolong oleh siapa
persalinan nanti, persiapan baju ibu dan bayi, donor darahnya juga disiapkan,
kendaraan, serta biaya persalinan juga harus disiapkan sebelum persalinan agar
mempermudah ibu saat persalinan.
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||||||
Referensi :
Ilmu kesehatan masyarakat oleh
syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST, SKM; Dra. Jomima, M.Kes 8.4
PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar