Selasa, 31 Maret 2015

desa siaga tahap kembang



BAB I

PENDAHULUAN

     Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat.
     Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
     Kebidanan komunitas tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, keberhasilan kebidanan komunitas dalam rangka upaya peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga bergantung kepada dukungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peran serta masyarakat mutlak di dalam suatu upaya kesehatantermasuk upaya kesehatan ibu dan anak.
     Upaya kesehatan bukan oleh pemerintah saja, peran serta  masyarakat merupakan unsur mutlak dalam kegiatan upaya kesehatan  kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah kunci kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat ( Melani N, 2009).

a.        Untuk mengetahui tentang pendataan sasaran sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
b.       Untuk mengetahui tentang pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
c.        Untuk mengetahui tentang pergerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai  pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat

a.   Manfaat teoritis
1.  Sebagai  pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu  kebidanan komunitas.
      b.   Manfaat praktis
1.   Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa akademi kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang. .
2.   Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan topik pembinaan peran serta masyarakat : pendataan sasaran, pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan pergerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)




       BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a.       Pengertian
     Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah kesehatan yang dihadapinya, Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
     Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
b.      Tujuan.
     Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya dilakukan oleh bidan, seperti : Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak  dan keluarga berencana, Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
      Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat ( Laluna A, 2008 )
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat
a).    Manfaat kegiatan yang dilakukan
     Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.
b).    Adanya kesempatan
     Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperan serta dan masyarakat melihat memang ada hal – hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.
c).    Memiliki keterampilan
    Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik untuk berperan serta.
d).   Rasa memiliki
     Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan baik maka peran serta akan dapat dilestarikan.
e).    Faktor tokoh masyarakat
      Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh – tokoh masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).
a.       Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat
     Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi manusia. Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadikan pelaku upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
Secara garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah : Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk mendapatkan dukungan. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).

Contoh  :
    Sebagai seorang bidan desa disuatu wilayah, saya ingin melakukan pendekatan kepada masyarakat didesa saya agar desa yang mereka tempati dapat memberikan kenyamanan bagi diri setiap warga maupun bagi pendatang didesa kami. Hal yang ingin sekali saya lakukan yaitu memberikan kenyamanan, kesejahteraan bagi warga saya.
    Warga dikampung saya memang terbilang masih banyak yang kurang mampu dan kurangnya pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.
   Bersama para warga kami mengadakan kegiatan dari yang paling termudah yaitu Jumsih ( Jum’at bersih ) yaitu kegiatan yang diadakan setiap hari Jum’at pagi kegiatan yang kami lakukan yaitu membersihkan selokan, jalanan, pohon yang menutupi jalanan, tempat pembuangan sampah, membangun kamar mandi bersih bagi para warga yang tidak memiliki kamar mandi bersih.
   Saya hanya ingin warga merasa nyaman dengan lingkungannya, dengan peran serta masyarakat khususnya warga yang ada di desa saya dari mulai individu, keluarga serta para tokoh masyarakatpun ikut ambil andil bersama para warga.
   Tidak hanya itu saja, saya beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat untuk peduli lingkungan dan dapat melakukan pembinaan tentang rasa memiliki terhadap kesejahteraan tempat tinggal, lingkungan dan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia. Agar kwalitas kehidupan didesa ini menjadi lebih baik serta terhindar dari berbagai penyakit agar tercipta UHH yang lebih panjang.  





















ibu bidan.jpg
 

Bidan disuatu wilayah mengajak para warga untuk hidup bersih dengadakan jumsih 9jumat bersih).
 

jumsih.jpg
 












Para warga antusias untuk melakukan jumsih, seperti membersihkan selokan, menyapu halaman, memperbaiki jalan.
 







 




 

 

 

 

 


Saya beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.

 
                                                                                  

 

 

B.    Pendataan Sasaran

     Adapun sasaran dalam pendataan sasaran ini adalah : Semua masyarakat yang berpenghasilan rendah maupun menengah baik pedesaan maupun perkotaan. Unsur lintas sektor dan lintas program yang terkait, kader teknis yang tersedia organisasi masyarakat dan masyarakat umum.
     Adapun tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu : Pengumpulan data, Pencatatan data, Pengolahan data, Pembuatan Grafik PWS KIA.
Contoh kasus :
     Sebagai seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya yaitu melakukan pendataan sasaran KIA seperti sasarannya itu ibu hamil, melahirkan, ibu nifas, imunisasi, BBL. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada berapa ibu hamil yang melakukan periksa hamil dalam 1 bulan, berapa bayi yang melakukan imunisasi, berapa ibu yang melahirkan, dan berapa ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas.

    Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.  

     Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang sudah banyak ibu-ibu memeriksakan kehamilannya, serta wilayah mana yang sedikit ibu-ibu memeriksakan kehamilannya.




















pendataan sasaran.jpg
 

Bidan melakukan pengumpulan data serta melakukan pencatan data  di wilayah kerjanya.
 

pengolahan data.jpg
 















PWS.jpg
 

Setelah data sudah tercatat selanjutnya bidan melakukan pengolah data, untuk dilakukan pembuatan Grafik PWS.
 




 









C. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi

a.  Pengertian
     Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas, dan bidan di desa harus di catat. Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari kasus – kasus kecelakaan atau insidental (Depkes RI, 1998 ).
     Menurut Kemenkes RI 2012. Sesuai target MDGs 2015, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Sehingga untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat (www.Kesehatanibu.Depkes.go.id).  Menurut Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2010 dalam penelitian di Universitas Sumatra Utara oleh Rossi Sanusi, yang menyatakan bahwa kematian ibu di Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 34/1000 kelahiran hidup, artinya dengan  jumlah penduduk 225.642.000 berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 orang ibu meninggal per jam dan 17 bayi meninggal per jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (www.Repository.Usu.ac.id). Pada hasil dokumentasi provinsi Jawa Barat didapatkan target angka kematian ibu yang harus di capai pada tahun 2013 harus diturunkan sampai 205-210/100.000 kelahiran hidup. Target angka kematian bayi pada tahun 2013 harus mencapai 26-30/1000 kelahiran hidup (www.Jabarprov.go.id/IX.doc). Sedangkan jumlah yang didapatkan dari provinisi Jawa Barat tahun 2007 pada lampiran  profil kesehatan Jawa Barat angka kematian ibu sebanyak 788 per 822.481 kelahiran hidup. Pada angka kematian bayi sebanyak 4.277 per 822,481 kelahiran hidup (Depkes Jabar. 2007)
b.  Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
     AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan ( Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care system is functioning).
c.  Penyebab Kematian Ibu dan Bayi
     Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia (13%),  aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain (15%). Sedangkan AKI berdasarkan BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7%, sistem pernapasan 27,6%,  diare 9,4%,  sistem pencernaan 4,3%,  tetanus 3,4%,  syaraf 3,2%,  dan gejala tidak jelas 4,1%.

Contoh Kasus:
  Sebagai seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya melakukan pendataan AKI dan AKB diwilayah pegangan kami. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada berapa ibu yang meninggal baik saat kehamilan, persalinan dan masa nifas serta kematian BBL.

    Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA. 

     Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang terbanyak AKI dan AKB dan wilayah mana yang paling terendah AKI dan AKB nya dengan membuat Grafik dengan mengurutkannya agar mempermudahnya. Setelah data terkumpul lalu data tersebut dikirim ke Dinkes Kabupaten.














catat bian.jpg
 

Bidan coordinator di Puskesmas melakukan pendataan AKI dan AKB di wilayahnya dari data yang dikumpulkan oleh bidan desa sebelumya.
 



P.jpg
 












Setelah data dari bidan desa terkumpul hasilnya di  kumulatif serta langsung dibuat grafik PWS KIA, sehingga data tersebut bisa di laporkan ke Dinas Kesehatan.
 
 


 



      D.    Penggerakan Sasaran Agar Mencapai  Pelayanan KIA

     Penggerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan KIA adalah dilihat dari peran bidan komunitas, yang tidak lain  adalah membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal.
a.   Sebagai Pendidik
     Berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah kerjanya dapat berubah sesuai dengan kaidah kesehatan.
Contoh Kasus: Saya seorang bidan yang telah lulus pendidikan S2 Kebidanan, dan sekarang saya menjadi pendidik di salah satu Instansi pendidikan Kebidanan didaerah Karawang, menjadi pengajar untuk tingkat 1 itu adalah tugasku sebagai bidan pendidik.











ibu bidan.jpg
 

Setelah bidan menyelesaikan kuliahnya minimal S1 makan sudah bisa mendidik/ mengajar disebuah instansi pendidikan.
 

mahasisa.jpg
 







 





b.    Sebagai Pelaksana
     Bidan harus mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap kelompok remaja pra nikah, pemeliharaan kesehatan bumil, nifas, dan masa interval dalam keluarga, pertolongan persalinan di rumah, tindakan pertolongan pertama pada kasus kegawatan obstetrik di keluarga, pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi dikeluarga, pemeliharaan kesehatan anak balita.
Contoh kasus: Sebagai  seorang bidan didesa Sukareja, tugas saya melakukan gerakan posyandu untuk melakukan hal tersebut saya akan membutuhkan para kader agar bisa membantu saya. Hal yang saya lakukan yaitu melakukan pembinaan kepada para kader tersebut agar benar saat memberikan bantuan  di posyandu.













bidan.jpg
 

Sebagai seorang bidan di desa saya akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat di desa, untuk meningkatkan derajat kesehatan, seperti posyandu serta penyuluhan.

 

penyuluhan.jpg
 





 


     c.  Sebagai Pengelola
     Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Contoh kasus : Sebagai seorang bidan Koordinator di Puskesmas Purwasari tugas saya mengkoordinir keadaan yang ada di Puskesmas ini dari mulai menyarankan bidan-bidan pekerja pekerja di Puskesmas yang memiliki tempat praktek agar dapat melaporkan kinerja mereka di desa dengan cara menulis khohor. Harapan saya dengan hal ini para bidan bisa belajar mencatat perkembangan AKI dan AKB diwilayahnya masing-masing, dengan bimbingan terlebih dahulu tentunya.











bidan.jpg
 

Sebagai bidan koordinator di puskesmas purwasari, tugas saya yaitu mengumpulkan kinerja para bidan desa serta mengkoordinir keadaan didalam puskesmas.
 

bidan puskes.jpg
 





 





d.   Sebagai Peneliti
     Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan peneliti professional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan pengolahan dan analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan tindakan sesuai dengn permasalahan yang ditemukan. Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
Contoh kasus:
    Di desa Cinere terdapat warga yang mengalami penyakit kulit, banyak sekali warga periksa kenapa mereka mengalami penyakit kulit yang gatal dan  perih dalam satu keluarga bisa satu atau dua orang mengalami hal tersebut, mengetahui hal tersebut saya melakukan penelitian didesa Cinere, ternyata didapat kesimpulan bahwa warga kebanyakan menggunakan kebutuhan air yang kotor, mereka menggunakan air irigasi yang kotor untuk mandi,mencuci dan mengakibatkan hal tersebut membuat gatal pada kulit.
    Apa yang saya akan lakukan, yaitu mengumpulkan para warga untuk menggali tanah yang diperkirakan memiliki air didalamnya, setelah penggalian sumur telah dilakukan maka dilakukan mengaliran air sumur dengan jetpam kesemua warga yang tidak memiliki sumur mandi didalam rumahnya.










kul.jpg
 



Ternyata setelah melakukan penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
 

 

 

 



E.    Pengaturan Transportasi Setempat yang Siap Pakai Untuk Rujukan Kedaruratan

     Penyaluran Transportasi serta yang siap pakai untuk rujukan kegawat daruratan,yaitu:
a.   Rujukan Upaya Kesehatan
     Rujukan Upaya Kesehatan ini pada dasarnya meneliti rujukan kesehatan serta rujukan medik yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal balik. Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
Contoh : Saya sebagai bidan desa disaat ada warga saya ada yang mengalami sakit diare, saya memberikan promosi kesehatan kepada para warga lainnya agar menjaga kebersihan makan, lingkungan, dan kebersihan dengan menjaga hal tersebut kita akan terhindar dari masalah diare.










Sebagai bidan desa saya ingin membabgkit keikutsertaa para warg untuk hidup sehat, dengan cara dengan mempromosikan tentang kesehatan lingkungan, rumah dan diri. Dengan diawali mencuci tangan.
 



tingkatkan.jpg
 




 






b.   Bantuan Teknologi
     Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik dalam bidang kesehatan maupun yang berkaitan dengan kesehatan yang mampu memberikan teknologi tertentu. Teknologi yang diberikan harus tepat guna dan cukup sederhana dan dapat dikuasai dan dilaksanakan serta dapat dibiayai oleh masyarakat yang bersangkutan. Bantuan teknologi tersebut dapat berupa: Pembuatan jamban keluarga dan sarana air minum, pembuangan air limbah, penimbangan bayi untuk pengisian kartu menuju sehat.
Contoh:
    Sebagai bidan desa diwilayah Cibaduyut disaat ada warga saya yang sakit dengan berbagai penyakit setelah saya lihat ternyata dilingkungan tersebut warga selalu membuang sampah pada aliran air didesa tersebut padahal air tersebut sering dipakai mereka untuk mandi dan bermain anak-anak. Melihat hal tersebut saya memberikan bantuan ide dengan mengumpulkan para warga untuk membuat tempat pembuangan sampah yang besar yang terbuat dari bata agar warga bisa membuang sampah disana agar terhindar dari berbagai penyakit karena timbunan sampah disngai.















mck.jpg
 

Dengan tidak adanya pasilitas jamban di desa ini, akhirnya saya beserta para warga bekerja sama untuk membangun MCK, jamban serta sumur baru.
 

wc umum.jpg
 








Akhirnya dengan kerja sama para warga terbuatlah wc umum agar bisa memudahkan warga ketika ingin MCK. Begitu pun dengan timbunan sampah sekarang menjadi bersih dengan usaha warga untuk membuang sampah pada tempatnya.
 




 








c.  Bantuan Sarana Transportasi
     Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik secara tertentu dalam bidang kesehatan maupun sarana yang terrdapat pada sektor-sektor lain. Bantuan sarana transportasi tersebut dapat berupa obat-obatan, peralatan medis, ambulans guna untuk merujuk pasien yang mengalami kegawat daruratan dari Puskesmas ke Rumah Sakit yang dapat siap pakai untuk pelaksanaan rujukan (Depkes RI,1997).
Contoh:
    Di tempat saya praktek kebetulan tidak ada USG, ternyata ada pasien yang memerisakan kandungannya setelah saya periksa kenapa janinnya kecil dan ibunya juga sering merasakan sakit pada bagian bawah perutnya dan sering keluar darah dari kemaluannya. Dan akhirnya saya merujuk pasien ke dokter yang memiliki pasilitas USG agar mengetahui lebih lanjut keadaan janin ibu jika perkiraan saya ditakutkan ibu mengalami abortus iminiens.











bd wayan.jpg
 

Saat itu saya mendapati pasien dengan TBJ nya kecil, saya menyarankan kepada pasien untuk merujuk ke RS dengan menggunakan mobil rujukan desa karena dikhawatirkan bayinya akan premature atau pun perlu di inkubasi.
 

ambulance.jpg
 





 





F.  Pengaturan Biaya

a.  Pengembangan Pembiayaan kesehatan
     Dalam rangka mencapai tujuan dan sarana pembangunan kesehatan diperlukan dana baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat terdapat kecenderungan, bahwa tingginya biaya kesehatan akan memberikan beban berat kepada pemerintah. Oleh karena itu sesuai dengan dasar - dasar pembangunan sistem kesehatan nasional dan bahwa upaya kesehatan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
b.  Sumber – sumber pembiayaan
     Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan kesehatan akan berasal dari: Masyarakat termasuk swasta, pemerintah pusat dan daerah, dana upaya kesehatan.
c.  Cara Pembiayaan
     Pengakolasian dana kedalam program atau kegiatan, hendaknya bukan saja di sesuaikan dengan prioritas yang berorientasi pada manfaat dan  daya guna yang akan tercapai, namun hendaknya di pertimbangkan pula segi-segi kesesuaian dengan kebijaksanaan umum, namun di gariskan dana di arahkan kepada program atau kegiatan yang di titik beratkan kepada upaya kesehatan dengan kelompok sasaran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan baik biaya berupa biaya berobat, daya sehat maupun asuransi kesehatan merupakan komponenen biaya upaya kesehatan secara menyeluruh
( Depkes RI 1997 ).
Contoh:
    Ditempat praktek saya disaat ada ibu hamil saya selalu bertanya mereka punya kartu Jamkesmas atau BPJS jika mereka tidak memiliki ditakutkan ketika persalinan ada apa-apa bantuan biaya sudah tersedia itu bagi masyarakat menengah kebawah. Jika memang ada yang mampu membayar dengan kantong sendiri itu sih tidak apa-apa tidak buat juga. Karena dengan hal ini ibu bersalin bisa terbantu dengn biaya persalinan yang melahirkan tidak normal contonya dirumah sakit.











bidan.jpg
 

Sebagai bidan desa saya sangat mengantisifasi para ibu hamil untuk membuat kartu BPJS guna meringankan pembayaran dikala jika persalinan ada masalah.
 

bpjs.jpg
 





 





     G.   Donor darah Berjalan

     Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat penurunan AKl.
    Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait sediaan darah lewat program yang mereka buat.
    Untuk menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya penempelan stiker perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan tersebut berjalan dengan aman dan selamat.
     Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan Donor Darah Sukarela (DDS).
Contoh: 
     Sebagai bidan di Rumah Sakit Swasta saya kedapati pasien yang mengalami perdarahan sehingga pasien memerlukan pasokan darah yang banyak sesuai dengan golongan darahnya yaitu A. Ketika saya bertanya kepada suaminya ternyata golongan darahnya berbeda, akhirnya dengan sangat kepepet saya menelpon pihak PMI dan bertanya apakah pasokan darah golongan A ada, ternyata syukur masih ada. Sehingga pihak PMI mengantarkan nya segera ke Rumah sakit.




















bd rs.jpg
 

Sebagai bidan di RS terkadang ada saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal tertentu.
 

kk.jpg
 










Jika tidak ada yang mendonorkan ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan darah yang sesuai dengan pasien saya ini.
 


Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor darah berjalan).
 




 

 

 

 

 

 

 


      H. P4K

     P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pascapersalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan P4K:
    Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
    Tahapan Kegiatan P4K diantaranya Orientasi P4K dengan Stiker, sosialisasi, Operasionalisasi P4K dengan Stiker di tingkat desa yang meliputi manfaatkan pertemuan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, manfaatkan pertemuan bulanan di tingkat desa/kelurahan, mengaktifkan Forum Peduli KIA, kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker, pemasangan stiker di rumah ibu hamil, pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa, pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ambulans desa, pembuatan dan penandatanganan Amanat Persalinan, Rekapitulasi pelaporan, Forum Komunikasi.
Contoh:
   Sebagai Bidan desa saya melakukan persiapan persalinan bagi ibu hamil yang melakukan periksa kesaya, misalnya dengan menyediakan buku KIA dan menyediakan stiker P4K, lalu melakukan sosialisasi kepada keluarga ibu hamil, agar bagaimana nanti ketika mendekati persalinan, ditolong oleh siapa persalinan nanti, persiapan baju ibu dan bayi, donor darahnya juga disiapkan, kendaraan, serta biaya persalinan juga harus disiapkan sebelum persalinan agar mempermudah ibu saat persalinan.




















bd.jpg
 

Untuk mempersiapkan persalinan yang baik, sebagai bidan desa saya menyarankan kepada suami agar sellau siap siaga.
 

p4k.jpg
 










Dengan kesiap siagaan tenkes dan suami serta keluarga, ibu  juga bisa menyiapkan mobil, donor darah dan biaya persalinan.

 

ambulance.jpg
 

Misalnya dengan menenpelkan stiker P4K agar masyarakat tahu kalau dirumah tersebut terdapat ibu hamil.
 





 





















Referensi :
Ilmu kesehatan masyarakat oleh syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST, SKM; Dra. Jomima, M.Kes 8.4 PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT.











BAB I

PENDAHULUAN

     Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat.
     Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
     Kebidanan komunitas tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, keberhasilan kebidanan komunitas dalam rangka upaya peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga bergantung kepada dukungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peran serta masyarakat mutlak di dalam suatu upaya kesehatantermasuk upaya kesehatan ibu dan anak.
     Upaya kesehatan bukan oleh pemerintah saja, peran serta  masyarakat merupakan unsur mutlak dalam kegiatan upaya kesehatan  kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah kunci kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat ( Melani N, 2009).

a.        Untuk mengetahui tentang pendataan sasaran sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
b.       Untuk mengetahui tentang pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
c.        Untuk mengetahui tentang pergerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai  pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat

a.   Manfaat teoritis
1.  Sebagai  pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu  kebidanan komunitas.
      b.   Manfaat praktis
1.   Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa akademi kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang. .
2.   Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan topik pembinaan peran serta masyarakat : pendataan sasaran, pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan pergerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)




       BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a.       Pengertian
     Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah kesehatan yang dihadapinya, Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
     Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
b.      Tujuan.
     Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya dilakukan oleh bidan, seperti : Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak  dan keluarga berencana, Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
      Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat ( Laluna A, 2008 )
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat
a).    Manfaat kegiatan yang dilakukan
     Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.
b).    Adanya kesempatan
     Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperan serta dan masyarakat melihat memang ada hal – hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.
c).    Memiliki keterampilan
    Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik untuk berperan serta.
d).   Rasa memiliki
     Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan baik maka peran serta akan dapat dilestarikan.
e).    Faktor tokoh masyarakat
      Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh – tokoh masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).
a.       Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat
     Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi manusia. Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadikan pelaku upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
Secara garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah : Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk mendapatkan dukungan. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).

Contoh  :
    Sebagai seorang bidan desa disuatu wilayah, saya ingin melakukan pendekatan kepada masyarakat didesa saya agar desa yang mereka tempati dapat memberikan kenyamanan bagi diri setiap warga maupun bagi pendatang didesa kami. Hal yang ingin sekali saya lakukan yaitu memberikan kenyamanan, kesejahteraan bagi warga saya.
    Warga dikampung saya memang terbilang masih banyak yang kurang mampu dan kurangnya pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.
   Bersama para warga kami mengadakan kegiatan dari yang paling termudah yaitu Jumsih ( Jum’at bersih ) yaitu kegiatan yang diadakan setiap hari Jum’at pagi kegiatan yang kami lakukan yaitu membersihkan selokan, jalanan, pohon yang menutupi jalanan, tempat pembuangan sampah, membangun kamar mandi bersih bagi para warga yang tidak memiliki kamar mandi bersih.
   Saya hanya ingin warga merasa nyaman dengan lingkungannya, dengan peran serta masyarakat khususnya warga yang ada di desa saya dari mulai individu, keluarga serta para tokoh masyarakatpun ikut ambil andil bersama para warga.
   Tidak hanya itu saja, saya beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat untuk peduli lingkungan dan dapat melakukan pembinaan tentang rasa memiliki terhadap kesejahteraan tempat tinggal, lingkungan dan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia. Agar kwalitas kehidupan didesa ini menjadi lebih baik serta terhindar dari berbagai penyakit agar tercipta UHH yang lebih panjang.  





















ibu bidan.jpg
 

Bidan disuatu wilayah mengajak para warga untuk hidup bersih dengadakan jumsih 9jumat bersih).
 

jumsih.jpg
 












Para warga antusias untuk melakukan jumsih, seperti membersihkan selokan, menyapu halaman, memperbaiki jalan.
 







 




 

 

 

 

 


Saya beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.

 
                                                                                  

 

 

B.    Pendataan Sasaran

     Adapun sasaran dalam pendataan sasaran ini adalah : Semua masyarakat yang berpenghasilan rendah maupun menengah baik pedesaan maupun perkotaan. Unsur lintas sektor dan lintas program yang terkait, kader teknis yang tersedia organisasi masyarakat dan masyarakat umum.
     Adapun tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu : Pengumpulan data, Pencatatan data, Pengolahan data, Pembuatan Grafik PWS KIA.
Contoh kasus :
     Sebagai seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya yaitu melakukan pendataan sasaran KIA seperti sasarannya itu ibu hamil, melahirkan, ibu nifas, imunisasi, BBL. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada berapa ibu hamil yang melakukan periksa hamil dalam 1 bulan, berapa bayi yang melakukan imunisasi, berapa ibu yang melahirkan, dan berapa ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas.

    Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.  

     Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang sudah banyak ibu-ibu memeriksakan kehamilannya, serta wilayah mana yang sedikit ibu-ibu memeriksakan kehamilannya.




















pendataan sasaran.jpg
 

Bidan melakukan pengumpulan data serta melakukan pencatan data  di wilayah kerjanya.
 

pengolahan data.jpg
 















PWS.jpg
 

Setelah data sudah tercatat selanjutnya bidan melakukan pengolah data, untuk dilakukan pembuatan Grafik PWS.
 




 









C. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi

a.  Pengertian
     Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas, dan bidan di desa harus di catat. Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari kasus – kasus kecelakaan atau insidental (Depkes RI, 1998 ).
     Menurut Kemenkes RI 2012. Sesuai target MDGs 2015, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Sehingga untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat (www.Kesehatanibu.Depkes.go.id).  Menurut Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2010 dalam penelitian di Universitas Sumatra Utara oleh Rossi Sanusi, yang menyatakan bahwa kematian ibu di Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 34/1000 kelahiran hidup, artinya dengan  jumlah penduduk 225.642.000 berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 orang ibu meninggal per jam dan 17 bayi meninggal per jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (www.Repository.Usu.ac.id). Pada hasil dokumentasi provinsi Jawa Barat didapatkan target angka kematian ibu yang harus di capai pada tahun 2013 harus diturunkan sampai 205-210/100.000 kelahiran hidup. Target angka kematian bayi pada tahun 2013 harus mencapai 26-30/1000 kelahiran hidup (www.Jabarprov.go.id/IX.doc). Sedangkan jumlah yang didapatkan dari provinisi Jawa Barat tahun 2007 pada lampiran  profil kesehatan Jawa Barat angka kematian ibu sebanyak 788 per 822.481 kelahiran hidup. Pada angka kematian bayi sebanyak 4.277 per 822,481 kelahiran hidup (Depkes Jabar. 2007)
b.  Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
     AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan ( Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care system is functioning).
c.  Penyebab Kematian Ibu dan Bayi
     Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia (13%),  aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain (15%). Sedangkan AKI berdasarkan BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7%, sistem pernapasan 27,6%,  diare 9,4%,  sistem pencernaan 4,3%,  tetanus 3,4%,  syaraf 3,2%,  dan gejala tidak jelas 4,1%.

Contoh Kasus:
  Sebagai seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya melakukan pendataan AKI dan AKB diwilayah pegangan kami. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada berapa ibu yang meninggal baik saat kehamilan, persalinan dan masa nifas serta kematian BBL.

    Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA. 

     Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang terbanyak AKI dan AKB dan wilayah mana yang paling terendah AKI dan AKB nya dengan membuat Grafik dengan mengurutkannya agar mempermudahnya. Setelah data terkumpul lalu data tersebut dikirim ke Dinkes Kabupaten.














catat bian.jpg
 

Bidan coordinator di Puskesmas melakukan pendataan AKI dan AKB di wilayahnya dari data yang dikumpulkan oleh bidan desa sebelumya.
 



P.jpg
 












Setelah data dari bidan desa terkumpul hasilnya di  kumulatif serta langsung dibuat grafik PWS KIA, sehingga data tersebut bisa di laporkan ke Dinas Kesehatan.
 
 


 



      D.    Penggerakan Sasaran Agar Mencapai  Pelayanan KIA

     Penggerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan KIA adalah dilihat dari peran bidan komunitas, yang tidak lain  adalah membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal.
a.   Sebagai Pendidik
     Berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah kerjanya dapat berubah sesuai dengan kaidah kesehatan.
Contoh Kasus: Saya seorang bidan yang telah lulus pendidikan S2 Kebidanan, dan sekarang saya menjadi pendidik di salah satu Instansi pendidikan Kebidanan didaerah Karawang, menjadi pengajar untuk tingkat 1 itu adalah tugasku sebagai bidan pendidik.











ibu bidan.jpg
 

Setelah bidan menyelesaikan kuliahnya minimal S1 makan sudah bisa mendidik/ mengajar disebuah instansi pendidikan.
 

mahasisa.jpg
 







 





b.    Sebagai Pelaksana
     Bidan harus mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap kelompok remaja pra nikah, pemeliharaan kesehatan bumil, nifas, dan masa interval dalam keluarga, pertolongan persalinan di rumah, tindakan pertolongan pertama pada kasus kegawatan obstetrik di keluarga, pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi dikeluarga, pemeliharaan kesehatan anak balita.
Contoh kasus: Sebagai  seorang bidan didesa Sukareja, tugas saya melakukan gerakan posyandu untuk melakukan hal tersebut saya akan membutuhkan para kader agar bisa membantu saya. Hal yang saya lakukan yaitu melakukan pembinaan kepada para kader tersebut agar benar saat memberikan bantuan  di posyandu.













bidan.jpg
 

Sebagai seorang bidan di desa saya akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat di desa, untuk meningkatkan derajat kesehatan, seperti posyandu serta penyuluhan.

 

penyuluhan.jpg
 





 


     c.  Sebagai Pengelola
     Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Contoh kasus : Sebagai seorang bidan Koordinator di Puskesmas Purwasari tugas saya mengkoordinir keadaan yang ada di Puskesmas ini dari mulai menyarankan bidan-bidan pekerja pekerja di Puskesmas yang memiliki tempat praktek agar dapat melaporkan kinerja mereka di desa dengan cara menulis khohor. Harapan saya dengan hal ini para bidan bisa belajar mencatat perkembangan AKI dan AKB diwilayahnya masing-masing, dengan bimbingan terlebih dahulu tentunya.











bidan.jpg
 

Sebagai bidan koordinator di puskesmas purwasari, tugas saya yaitu mengumpulkan kinerja para bidan desa serta mengkoordinir keadaan didalam puskesmas.
 

bidan puskes.jpg
 





 





d.   Sebagai Peneliti
     Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan peneliti professional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan pengolahan dan analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan tindakan sesuai dengn permasalahan yang ditemukan. Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
Contoh kasus:
    Di desa Cinere terdapat warga yang mengalami penyakit kulit, banyak sekali warga periksa kenapa mereka mengalami penyakit kulit yang gatal dan  perih dalam satu keluarga bisa satu atau dua orang mengalami hal tersebut, mengetahui hal tersebut saya melakukan penelitian didesa Cinere, ternyata didapat kesimpulan bahwa warga kebanyakan menggunakan kebutuhan air yang kotor, mereka menggunakan air irigasi yang kotor untuk mandi,mencuci dan mengakibatkan hal tersebut membuat gatal pada kulit.
    Apa yang saya akan lakukan, yaitu mengumpulkan para warga untuk menggali tanah yang diperkirakan memiliki air didalamnya, setelah penggalian sumur telah dilakukan maka dilakukan mengaliran air sumur dengan jetpam kesemua warga yang tidak memiliki sumur mandi didalam rumahnya.










kul.jpg
 



Ternyata setelah melakukan penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
 

 

 

 



E.    Pengaturan Transportasi Setempat yang Siap Pakai Untuk Rujukan Kedaruratan

     Penyaluran Transportasi serta yang siap pakai untuk rujukan kegawat daruratan,yaitu:
a.   Rujukan Upaya Kesehatan
     Rujukan Upaya Kesehatan ini pada dasarnya meneliti rujukan kesehatan serta rujukan medik yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal balik. Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
Contoh : Saya sebagai bidan desa disaat ada warga saya ada yang mengalami sakit diare, saya memberikan promosi kesehatan kepada para warga lainnya agar menjaga kebersihan makan, lingkungan, dan kebersihan dengan menjaga hal tersebut kita akan terhindar dari masalah diare.










Sebagai bidan desa saya ingin membabgkit keikutsertaa para warg untuk hidup sehat, dengan cara dengan mempromosikan tentang kesehatan lingkungan, rumah dan diri. Dengan diawali mencuci tangan.
 



tingkatkan.jpg
 




 






b.   Bantuan Teknologi
     Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik dalam bidang kesehatan maupun yang berkaitan dengan kesehatan yang mampu memberikan teknologi tertentu. Teknologi yang diberikan harus tepat guna dan cukup sederhana dan dapat dikuasai dan dilaksanakan serta dapat dibiayai oleh masyarakat yang bersangkutan. Bantuan teknologi tersebut dapat berupa: Pembuatan jamban keluarga dan sarana air minum, pembuangan air limbah, penimbangan bayi untuk pengisian kartu menuju sehat.
Contoh:
    Sebagai bidan desa diwilayah Cibaduyut disaat ada warga saya yang sakit dengan berbagai penyakit setelah saya lihat ternyata dilingkungan tersebut warga selalu membuang sampah pada aliran air didesa tersebut padahal air tersebut sering dipakai mereka untuk mandi dan bermain anak-anak. Melihat hal tersebut saya memberikan bantuan ide dengan mengumpulkan para warga untuk membuat tempat pembuangan sampah yang besar yang terbuat dari bata agar warga bisa membuang sampah disana agar terhindar dari berbagai penyakit karena timbunan sampah disngai.















mck.jpg
 

Dengan tidak adanya pasilitas jamban di desa ini, akhirnya saya beserta para warga bekerja sama untuk membangun MCK, jamban serta sumur baru.
 

wc umum.jpg
 








Akhirnya dengan kerja sama para warga terbuatlah wc umum agar bisa memudahkan warga ketika ingin MCK. Begitu pun dengan timbunan sampah sekarang menjadi bersih dengan usaha warga untuk membuang sampah pada tempatnya.
 




 








c.  Bantuan Sarana Transportasi
     Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik secara tertentu dalam bidang kesehatan maupun sarana yang terrdapat pada sektor-sektor lain. Bantuan sarana transportasi tersebut dapat berupa obat-obatan, peralatan medis, ambulans guna untuk merujuk pasien yang mengalami kegawat daruratan dari Puskesmas ke Rumah Sakit yang dapat siap pakai untuk pelaksanaan rujukan (Depkes RI,1997).
Contoh:
    Di tempat saya praktek kebetulan tidak ada USG, ternyata ada pasien yang memerisakan kandungannya setelah saya periksa kenapa janinnya kecil dan ibunya juga sering merasakan sakit pada bagian bawah perutnya dan sering keluar darah dari kemaluannya. Dan akhirnya saya merujuk pasien ke dokter yang memiliki pasilitas USG agar mengetahui lebih lanjut keadaan janin ibu jika perkiraan saya ditakutkan ibu mengalami abortus iminiens.











bd wayan.jpg
 

Saat itu saya mendapati pasien dengan TBJ nya kecil, saya menyarankan kepada pasien untuk merujuk ke RS dengan menggunakan mobil rujukan desa karena dikhawatirkan bayinya akan premature atau pun perlu di inkubasi.
 

ambulance.jpg
 





 





F.  Pengaturan Biaya

a.  Pengembangan Pembiayaan kesehatan
     Dalam rangka mencapai tujuan dan sarana pembangunan kesehatan diperlukan dana baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat terdapat kecenderungan, bahwa tingginya biaya kesehatan akan memberikan beban berat kepada pemerintah. Oleh karena itu sesuai dengan dasar - dasar pembangunan sistem kesehatan nasional dan bahwa upaya kesehatan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
b.  Sumber – sumber pembiayaan
     Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan kesehatan akan berasal dari: Masyarakat termasuk swasta, pemerintah pusat dan daerah, dana upaya kesehatan.
c.  Cara Pembiayaan
     Pengakolasian dana kedalam program atau kegiatan, hendaknya bukan saja di sesuaikan dengan prioritas yang berorientasi pada manfaat dan  daya guna yang akan tercapai, namun hendaknya di pertimbangkan pula segi-segi kesesuaian dengan kebijaksanaan umum, namun di gariskan dana di arahkan kepada program atau kegiatan yang di titik beratkan kepada upaya kesehatan dengan kelompok sasaran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan baik biaya berupa biaya berobat, daya sehat maupun asuransi kesehatan merupakan komponenen biaya upaya kesehatan secara menyeluruh
( Depkes RI 1997 ).
Contoh:
    Ditempat praktek saya disaat ada ibu hamil saya selalu bertanya mereka punya kartu Jamkesmas atau BPJS jika mereka tidak memiliki ditakutkan ketika persalinan ada apa-apa bantuan biaya sudah tersedia itu bagi masyarakat menengah kebawah. Jika memang ada yang mampu membayar dengan kantong sendiri itu sih tidak apa-apa tidak buat juga. Karena dengan hal ini ibu bersalin bisa terbantu dengn biaya persalinan yang melahirkan tidak normal contonya dirumah sakit.











bidan.jpg
 

Sebagai bidan desa saya sangat mengantisifasi para ibu hamil untuk membuat kartu BPJS guna meringankan pembayaran dikala jika persalinan ada masalah.
 

bpjs.jpg
 





 





     G.   Donor darah Berjalan

     Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat penurunan AKl.
    Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait sediaan darah lewat program yang mereka buat.
    Untuk menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya penempelan stiker perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan tersebut berjalan dengan aman dan selamat.
     Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan Donor Darah Sukarela (DDS).
Contoh: 
     Sebagai bidan di Rumah Sakit Swasta saya kedapati pasien yang mengalami perdarahan sehingga pasien memerlukan pasokan darah yang banyak sesuai dengan golongan darahnya yaitu A. Ketika saya bertanya kepada suaminya ternyata golongan darahnya berbeda, akhirnya dengan sangat kepepet saya menelpon pihak PMI dan bertanya apakah pasokan darah golongan A ada, ternyata syukur masih ada. Sehingga pihak PMI mengantarkan nya segera ke Rumah sakit.




















bd rs.jpg
 

Sebagai bidan di RS terkadang ada saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal tertentu.
 

kk.jpg
 










Jika tidak ada yang mendonorkan ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan darah yang sesuai dengan pasien saya ini.
 


Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor darah berjalan).
 




 

 

 

 

 

 

 


      H. P4K

     P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pascapersalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan P4K:
    Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
    Tahapan Kegiatan P4K diantaranya Orientasi P4K dengan Stiker, sosialisasi, Operasionalisasi P4K dengan Stiker di tingkat desa yang meliputi manfaatkan pertemuan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, manfaatkan pertemuan bulanan di tingkat desa/kelurahan, mengaktifkan Forum Peduli KIA, kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker, pemasangan stiker di rumah ibu hamil, pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa, pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ambulans desa, pembuatan dan penandatanganan Amanat Persalinan, Rekapitulasi pelaporan, Forum Komunikasi.
Contoh:
   Sebagai Bidan desa saya melakukan persiapan persalinan bagi ibu hamil yang melakukan periksa kesaya, misalnya dengan menyediakan buku KIA dan menyediakan stiker P4K, lalu melakukan sosialisasi kepada keluarga ibu hamil, agar bagaimana nanti ketika mendekati persalinan, ditolong oleh siapa persalinan nanti, persiapan baju ibu dan bayi, donor darahnya juga disiapkan, kendaraan, serta biaya persalinan juga harus disiapkan sebelum persalinan agar mempermudah ibu saat persalinan.




















bd.jpg
 

Untuk mempersiapkan persalinan yang baik, sebagai bidan desa saya menyarankan kepada suami agar sellau siap siaga.
 

p4k.jpg
 










Dengan kesiap siagaan tenkes dan suami serta keluarga, ibu  juga bisa menyiapkan mobil, donor darah dan biaya persalinan.

 

ambulance.jpg
 

Misalnya dengan menenpelkan stiker P4K agar masyarakat tahu kalau dirumah tersebut terdapat ibu hamil.
 





 





















Referensi :
Ilmu kesehatan masyarakat oleh syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST, SKM; Dra. Jomima, M.Kes 8.4 PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT.











BAB I

PENDAHULUAN

     Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat.
     Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
     Kebidanan komunitas tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, keberhasilan kebidanan komunitas dalam rangka upaya peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga bergantung kepada dukungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peran serta masyarakat mutlak di dalam suatu upaya kesehatantermasuk upaya kesehatan ibu dan anak.
     Upaya kesehatan bukan oleh pemerintah saja, peran serta  masyarakat merupakan unsur mutlak dalam kegiatan upaya kesehatan  kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah kunci kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat ( Melani N, 2009).

a.        Untuk mengetahui tentang pendataan sasaran sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
b.       Untuk mengetahui tentang pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
c.        Untuk mengetahui tentang pergerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai  pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat

a.   Manfaat teoritis
1.  Sebagai  pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu  kebidanan komunitas.
      b.   Manfaat praktis
1.   Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa akademi kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang. .
2.   Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan topik pembinaan peran serta masyarakat : pendataan sasaran, pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan pergerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)




       BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a.       Pengertian
     Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah kesehatan yang dihadapinya, Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
     Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
b.      Tujuan.
     Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya dilakukan oleh bidan, seperti : Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak  dan keluarga berencana, Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
      Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat ( Laluna A, 2008 )
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat
a).    Manfaat kegiatan yang dilakukan
     Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.
b).    Adanya kesempatan
     Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperan serta dan masyarakat melihat memang ada hal – hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.
c).    Memiliki keterampilan
    Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik untuk berperan serta.
d).   Rasa memiliki
     Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan baik maka peran serta akan dapat dilestarikan.
e).    Faktor tokoh masyarakat
      Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh – tokoh masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).
a.       Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat
     Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi manusia. Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadikan pelaku upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
Secara garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah : Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk mendapatkan dukungan. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).

Contoh  :
    Sebagai seorang bidan desa disuatu wilayah, saya ingin melakukan pendekatan kepada masyarakat didesa saya agar desa yang mereka tempati dapat memberikan kenyamanan bagi diri setiap warga maupun bagi pendatang didesa kami. Hal yang ingin sekali saya lakukan yaitu memberikan kenyamanan, kesejahteraan bagi warga saya.
    Warga dikampung saya memang terbilang masih banyak yang kurang mampu dan kurangnya pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.
   Bersama para warga kami mengadakan kegiatan dari yang paling termudah yaitu Jumsih ( Jum’at bersih ) yaitu kegiatan yang diadakan setiap hari Jum’at pagi kegiatan yang kami lakukan yaitu membersihkan selokan, jalanan, pohon yang menutupi jalanan, tempat pembuangan sampah, membangun kamar mandi bersih bagi para warga yang tidak memiliki kamar mandi bersih.
   Saya hanya ingin warga merasa nyaman dengan lingkungannya, dengan peran serta masyarakat khususnya warga yang ada di desa saya dari mulai individu, keluarga serta para tokoh masyarakatpun ikut ambil andil bersama para warga.
   Tidak hanya itu saja, saya beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat untuk peduli lingkungan dan dapat melakukan pembinaan tentang rasa memiliki terhadap kesejahteraan tempat tinggal, lingkungan dan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia. Agar kwalitas kehidupan didesa ini menjadi lebih baik serta terhindar dari berbagai penyakit agar tercipta UHH yang lebih panjang.  





















ibu bidan.jpg
 

Bidan disuatu wilayah mengajak para warga untuk hidup bersih dengadakan jumsih 9jumat bersih).
 

jumsih.jpg
 












Para warga antusias untuk melakukan jumsih, seperti membersihkan selokan, menyapu halaman, memperbaiki jalan.
 







 




 

 

 

 

 


Saya beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.

 
                                                                                  

 

 

B.    Pendataan Sasaran

     Adapun sasaran dalam pendataan sasaran ini adalah : Semua masyarakat yang berpenghasilan rendah maupun menengah baik pedesaan maupun perkotaan. Unsur lintas sektor dan lintas program yang terkait, kader teknis yang tersedia organisasi masyarakat dan masyarakat umum.
     Adapun tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu : Pengumpulan data, Pencatatan data, Pengolahan data, Pembuatan Grafik PWS KIA.
Contoh kasus :
     Sebagai seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya yaitu melakukan pendataan sasaran KIA seperti sasarannya itu ibu hamil, melahirkan, ibu nifas, imunisasi, BBL. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada berapa ibu hamil yang melakukan periksa hamil dalam 1 bulan, berapa bayi yang melakukan imunisasi, berapa ibu yang melahirkan, dan berapa ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas.

    Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.  

     Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang sudah banyak ibu-ibu memeriksakan kehamilannya, serta wilayah mana yang sedikit ibu-ibu memeriksakan kehamilannya.




















pendataan sasaran.jpg
 

Bidan melakukan pengumpulan data serta melakukan pencatan data  di wilayah kerjanya.
 

pengolahan data.jpg
 















PWS.jpg
 

Setelah data sudah tercatat selanjutnya bidan melakukan pengolah data, untuk dilakukan pembuatan Grafik PWS.
 




 









C. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi

a.  Pengertian
     Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas, dan bidan di desa harus di catat. Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari kasus – kasus kecelakaan atau insidental (Depkes RI, 1998 ).
     Menurut Kemenkes RI 2012. Sesuai target MDGs 2015, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Sehingga untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat (www.Kesehatanibu.Depkes.go.id).  Menurut Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2010 dalam penelitian di Universitas Sumatra Utara oleh Rossi Sanusi, yang menyatakan bahwa kematian ibu di Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 34/1000 kelahiran hidup, artinya dengan  jumlah penduduk 225.642.000 berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 orang ibu meninggal per jam dan 17 bayi meninggal per jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (www.Repository.Usu.ac.id). Pada hasil dokumentasi provinsi Jawa Barat didapatkan target angka kematian ibu yang harus di capai pada tahun 2013 harus diturunkan sampai 205-210/100.000 kelahiran hidup. Target angka kematian bayi pada tahun 2013 harus mencapai 26-30/1000 kelahiran hidup (www.Jabarprov.go.id/IX.doc). Sedangkan jumlah yang didapatkan dari provinisi Jawa Barat tahun 2007 pada lampiran  profil kesehatan Jawa Barat angka kematian ibu sebanyak 788 per 822.481 kelahiran hidup. Pada angka kematian bayi sebanyak 4.277 per 822,481 kelahiran hidup (Depkes Jabar. 2007)
b.  Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
     AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan ( Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care system is functioning).
c.  Penyebab Kematian Ibu dan Bayi
     Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia (13%),  aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain (15%). Sedangkan AKI berdasarkan BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7%, sistem pernapasan 27,6%,  diare 9,4%,  sistem pencernaan 4,3%,  tetanus 3,4%,  syaraf 3,2%,  dan gejala tidak jelas 4,1%.

Contoh Kasus:
  Sebagai seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya melakukan pendataan AKI dan AKB diwilayah pegangan kami. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada berapa ibu yang meninggal baik saat kehamilan, persalinan dan masa nifas serta kematian BBL.

    Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA. 

     Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang terbanyak AKI dan AKB dan wilayah mana yang paling terendah AKI dan AKB nya dengan membuat Grafik dengan mengurutkannya agar mempermudahnya. Setelah data terkumpul lalu data tersebut dikirim ke Dinkes Kabupaten.














catat bian.jpg
 

Bidan coordinator di Puskesmas melakukan pendataan AKI dan AKB di wilayahnya dari data yang dikumpulkan oleh bidan desa sebelumya.
 



P.jpg
 












Setelah data dari bidan desa terkumpul hasilnya di  kumulatif serta langsung dibuat grafik PWS KIA, sehingga data tersebut bisa di laporkan ke Dinas Kesehatan.
 
 


 



      D.    Penggerakan Sasaran Agar Mencapai  Pelayanan KIA

     Penggerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan KIA adalah dilihat dari peran bidan komunitas, yang tidak lain  adalah membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal.
a.   Sebagai Pendidik
     Berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah kerjanya dapat berubah sesuai dengan kaidah kesehatan.
Contoh Kasus: Saya seorang bidan yang telah lulus pendidikan S2 Kebidanan, dan sekarang saya menjadi pendidik di salah satu Instansi pendidikan Kebidanan didaerah Karawang, menjadi pengajar untuk tingkat 1 itu adalah tugasku sebagai bidan pendidik.











ibu bidan.jpg
 

Setelah bidan menyelesaikan kuliahnya minimal S1 makan sudah bisa mendidik/ mengajar disebuah instansi pendidikan.
 

mahasisa.jpg
 







 





b.    Sebagai Pelaksana
     Bidan harus mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap kelompok remaja pra nikah, pemeliharaan kesehatan bumil, nifas, dan masa interval dalam keluarga, pertolongan persalinan di rumah, tindakan pertolongan pertama pada kasus kegawatan obstetrik di keluarga, pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi dikeluarga, pemeliharaan kesehatan anak balita.
Contoh kasus: Sebagai  seorang bidan didesa Sukareja, tugas saya melakukan gerakan posyandu untuk melakukan hal tersebut saya akan membutuhkan para kader agar bisa membantu saya. Hal yang saya lakukan yaitu melakukan pembinaan kepada para kader tersebut agar benar saat memberikan bantuan  di posyandu.













bidan.jpg
 

Sebagai seorang bidan di desa saya akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat di desa, untuk meningkatkan derajat kesehatan, seperti posyandu serta penyuluhan.

 

penyuluhan.jpg
 





 


     c.  Sebagai Pengelola
     Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Contoh kasus : Sebagai seorang bidan Koordinator di Puskesmas Purwasari tugas saya mengkoordinir keadaan yang ada di Puskesmas ini dari mulai menyarankan bidan-bidan pekerja pekerja di Puskesmas yang memiliki tempat praktek agar dapat melaporkan kinerja mereka di desa dengan cara menulis khohor. Harapan saya dengan hal ini para bidan bisa belajar mencatat perkembangan AKI dan AKB diwilayahnya masing-masing, dengan bimbingan terlebih dahulu tentunya.











bidan.jpg
 

Sebagai bidan koordinator di puskesmas purwasari, tugas saya yaitu mengumpulkan kinerja para bidan desa serta mengkoordinir keadaan didalam puskesmas.
 

bidan puskes.jpg
 





 





d.   Sebagai Peneliti
     Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan peneliti professional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan pengolahan dan analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan tindakan sesuai dengn permasalahan yang ditemukan. Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
Contoh kasus:
    Di desa Cinere terdapat warga yang mengalami penyakit kulit, banyak sekali warga periksa kenapa mereka mengalami penyakit kulit yang gatal dan  perih dalam satu keluarga bisa satu atau dua orang mengalami hal tersebut, mengetahui hal tersebut saya melakukan penelitian didesa Cinere, ternyata didapat kesimpulan bahwa warga kebanyakan menggunakan kebutuhan air yang kotor, mereka menggunakan air irigasi yang kotor untuk mandi,mencuci dan mengakibatkan hal tersebut membuat gatal pada kulit.
    Apa yang saya akan lakukan, yaitu mengumpulkan para warga untuk menggali tanah yang diperkirakan memiliki air didalamnya, setelah penggalian sumur telah dilakukan maka dilakukan mengaliran air sumur dengan jetpam kesemua warga yang tidak memiliki sumur mandi didalam rumahnya.










kul.jpg
 



Ternyata setelah melakukan penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
 

 

 

 



E.    Pengaturan Transportasi Setempat yang Siap Pakai Untuk Rujukan Kedaruratan

     Penyaluran Transportasi serta yang siap pakai untuk rujukan kegawat daruratan,yaitu:
a.   Rujukan Upaya Kesehatan
     Rujukan Upaya Kesehatan ini pada dasarnya meneliti rujukan kesehatan serta rujukan medik yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal balik. Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
Contoh : Saya sebagai bidan desa disaat ada warga saya ada yang mengalami sakit diare, saya memberikan promosi kesehatan kepada para warga lainnya agar menjaga kebersihan makan, lingkungan, dan kebersihan dengan menjaga hal tersebut kita akan terhindar dari masalah diare.










Sebagai bidan desa saya ingin membabgkit keikutsertaa para warg untuk hidup sehat, dengan cara dengan mempromosikan tentang kesehatan lingkungan, rumah dan diri. Dengan diawali mencuci tangan.
 



tingkatkan.jpg
 




 






b.   Bantuan Teknologi
     Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik dalam bidang kesehatan maupun yang berkaitan dengan kesehatan yang mampu memberikan teknologi tertentu. Teknologi yang diberikan harus tepat guna dan cukup sederhana dan dapat dikuasai dan dilaksanakan serta dapat dibiayai oleh masyarakat yang bersangkutan. Bantuan teknologi tersebut dapat berupa: Pembuatan jamban keluarga dan sarana air minum, pembuangan air limbah, penimbangan bayi untuk pengisian kartu menuju sehat.
Contoh:
    Sebagai bidan desa diwilayah Cibaduyut disaat ada warga saya yang sakit dengan berbagai penyakit setelah saya lihat ternyata dilingkungan tersebut warga selalu membuang sampah pada aliran air didesa tersebut padahal air tersebut sering dipakai mereka untuk mandi dan bermain anak-anak. Melihat hal tersebut saya memberikan bantuan ide dengan mengumpulkan para warga untuk membuat tempat pembuangan sampah yang besar yang terbuat dari bata agar warga bisa membuang sampah disana agar terhindar dari berbagai penyakit karena timbunan sampah disngai.















mck.jpg
 

Dengan tidak adanya pasilitas jamban di desa ini, akhirnya saya beserta para warga bekerja sama untuk membangun MCK, jamban serta sumur baru.
 

wc umum.jpg
 








Akhirnya dengan kerja sama para warga terbuatlah wc umum agar bisa memudahkan warga ketika ingin MCK. Begitu pun dengan timbunan sampah sekarang menjadi bersih dengan usaha warga untuk membuang sampah pada tempatnya.
 




 








c.  Bantuan Sarana Transportasi
     Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik secara tertentu dalam bidang kesehatan maupun sarana yang terrdapat pada sektor-sektor lain. Bantuan sarana transportasi tersebut dapat berupa obat-obatan, peralatan medis, ambulans guna untuk merujuk pasien yang mengalami kegawat daruratan dari Puskesmas ke Rumah Sakit yang dapat siap pakai untuk pelaksanaan rujukan (Depkes RI,1997).
Contoh:
    Di tempat saya praktek kebetulan tidak ada USG, ternyata ada pasien yang memerisakan kandungannya setelah saya periksa kenapa janinnya kecil dan ibunya juga sering merasakan sakit pada bagian bawah perutnya dan sering keluar darah dari kemaluannya. Dan akhirnya saya merujuk pasien ke dokter yang memiliki pasilitas USG agar mengetahui lebih lanjut keadaan janin ibu jika perkiraan saya ditakutkan ibu mengalami abortus iminiens.











bd wayan.jpg
 

Saat itu saya mendapati pasien dengan TBJ nya kecil, saya menyarankan kepada pasien untuk merujuk ke RS dengan menggunakan mobil rujukan desa karena dikhawatirkan bayinya akan premature atau pun perlu di inkubasi.
 

ambulance.jpg
 





 





F.  Pengaturan Biaya

a.  Pengembangan Pembiayaan kesehatan
     Dalam rangka mencapai tujuan dan sarana pembangunan kesehatan diperlukan dana baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat terdapat kecenderungan, bahwa tingginya biaya kesehatan akan memberikan beban berat kepada pemerintah. Oleh karena itu sesuai dengan dasar - dasar pembangunan sistem kesehatan nasional dan bahwa upaya kesehatan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
b.  Sumber – sumber pembiayaan
     Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan kesehatan akan berasal dari: Masyarakat termasuk swasta, pemerintah pusat dan daerah, dana upaya kesehatan.
c.  Cara Pembiayaan
     Pengakolasian dana kedalam program atau kegiatan, hendaknya bukan saja di sesuaikan dengan prioritas yang berorientasi pada manfaat dan  daya guna yang akan tercapai, namun hendaknya di pertimbangkan pula segi-segi kesesuaian dengan kebijaksanaan umum, namun di gariskan dana di arahkan kepada program atau kegiatan yang di titik beratkan kepada upaya kesehatan dengan kelompok sasaran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan baik biaya berupa biaya berobat, daya sehat maupun asuransi kesehatan merupakan komponenen biaya upaya kesehatan secara menyeluruh
( Depkes RI 1997 ).
Contoh:
    Ditempat praktek saya disaat ada ibu hamil saya selalu bertanya mereka punya kartu Jamkesmas atau BPJS jika mereka tidak memiliki ditakutkan ketika persalinan ada apa-apa bantuan biaya sudah tersedia itu bagi masyarakat menengah kebawah. Jika memang ada yang mampu membayar dengan kantong sendiri itu sih tidak apa-apa tidak buat juga. Karena dengan hal ini ibu bersalin bisa terbantu dengn biaya persalinan yang melahirkan tidak normal contonya dirumah sakit.











bidan.jpg
 

Sebagai bidan desa saya sangat mengantisifasi para ibu hamil untuk membuat kartu BPJS guna meringankan pembayaran dikala jika persalinan ada masalah.
 

bpjs.jpg
 





 





     G.   Donor darah Berjalan

     Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat penurunan AKl.
    Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait sediaan darah lewat program yang mereka buat.
    Untuk menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya penempelan stiker perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan tersebut berjalan dengan aman dan selamat.
     Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan Donor Darah Sukarela (DDS).
Contoh: 
     Sebagai bidan di Rumah Sakit Swasta saya kedapati pasien yang mengalami perdarahan sehingga pasien memerlukan pasokan darah yang banyak sesuai dengan golongan darahnya yaitu A. Ketika saya bertanya kepada suaminya ternyata golongan darahnya berbeda, akhirnya dengan sangat kepepet saya menelpon pihak PMI dan bertanya apakah pasokan darah golongan A ada, ternyata syukur masih ada. Sehingga pihak PMI mengantarkan nya segera ke Rumah sakit.




















bd rs.jpg
 

Sebagai bidan di RS terkadang ada saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal tertentu.
 

kk.jpg
 










Jika tidak ada yang mendonorkan ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan darah yang sesuai dengan pasien saya ini.
 


Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor darah berjalan).
 




 

 

 

 

 

 

 


      H. P4K

     P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pascapersalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan P4K:
    Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
    Tahapan Kegiatan P4K diantaranya Orientasi P4K dengan Stiker, sosialisasi, Operasionalisasi P4K dengan Stiker di tingkat desa yang meliputi manfaatkan pertemuan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, manfaatkan pertemuan bulanan di tingkat desa/kelurahan, mengaktifkan Forum Peduli KIA, kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker, pemasangan stiker di rumah ibu hamil, pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa, pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ambulans desa, pembuatan dan penandatanganan Amanat Persalinan, Rekapitulasi pelaporan, Forum Komunikasi.
Contoh:
   Sebagai Bidan desa saya melakukan persiapan persalinan bagi ibu hamil yang melakukan periksa kesaya, misalnya dengan menyediakan buku KIA dan menyediakan stiker P4K, lalu melakukan sosialisasi kepada keluarga ibu hamil, agar bagaimana nanti ketika mendekati persalinan, ditolong oleh siapa persalinan nanti, persiapan baju ibu dan bayi, donor darahnya juga disiapkan, kendaraan, serta biaya persalinan juga harus disiapkan sebelum persalinan agar mempermudah ibu saat persalinan.




















bd.jpg
 

Untuk mempersiapkan persalinan yang baik, sebagai bidan desa saya menyarankan kepada suami agar sellau siap siaga.
 

p4k.jpg
 










Dengan kesiap siagaan tenkes dan suami serta keluarga, ibu  juga bisa menyiapkan mobil, donor darah dan biaya persalinan.

 

ambulance.jpg
 

Misalnya dengan menenpelkan stiker P4K agar masyarakat tahu kalau dirumah tersebut terdapat ibu hamil.
 





 





















Referensi :
Ilmu kesehatan masyarakat oleh syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST, SKM; Dra. Jomima, M.Kes 8.4 PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT.











BAB I

PENDAHULUAN

     Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat.
     Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
     Kebidanan komunitas tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, keberhasilan kebidanan komunitas dalam rangka upaya peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga bergantung kepada dukungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peran serta masyarakat mutlak di dalam suatu upaya kesehatantermasuk upaya kesehatan ibu dan anak.
     Upaya kesehatan bukan oleh pemerintah saja, peran serta  masyarakat merupakan unsur mutlak dalam kegiatan upaya kesehatan  kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah kunci kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat ( Melani N, 2009).

a.        Untuk mengetahui tentang pendataan sasaran sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
b.       Untuk mengetahui tentang pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat
c.        Untuk mengetahui tentang pergerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai  pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) sebagai bentuk pembinaan peran serta masyarakat

a.   Manfaat teoritis
1.  Sebagai  pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu  kebidanan komunitas.
      b.   Manfaat praktis
1.   Bagi institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa akademi kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang. .
2.   Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan topik pembinaan peran serta masyarakat : pendataan sasaran, pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan pergerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)




       BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a.       Pengertian
     Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah kesehatan yang dihadapinya, Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
     Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
b.      Tujuan.
     Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya dilakukan oleh bidan, seperti : Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak  dan keluarga berencana, Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
      Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat ( Laluna A, 2008 )
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat
a).    Manfaat kegiatan yang dilakukan
     Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.
b).    Adanya kesempatan
     Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperan serta dan masyarakat melihat memang ada hal – hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.
c).    Memiliki keterampilan
    Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik untuk berperan serta.
d).   Rasa memiliki
     Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan baik maka peran serta akan dapat dilestarikan.
e).    Faktor tokoh masyarakat
      Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh – tokoh masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).
a.       Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat
     Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi manusia. Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadikan pelaku upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
Secara garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah : Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk mendapatkan dukungan. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).

Contoh  :
    Sebagai seorang bidan desa disuatu wilayah, saya ingin melakukan pendekatan kepada masyarakat didesa saya agar desa yang mereka tempati dapat memberikan kenyamanan bagi diri setiap warga maupun bagi pendatang didesa kami. Hal yang ingin sekali saya lakukan yaitu memberikan kenyamanan, kesejahteraan bagi warga saya.
    Warga dikampung saya memang terbilang masih banyak yang kurang mampu dan kurangnya pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.
   Bersama para warga kami mengadakan kegiatan dari yang paling termudah yaitu Jumsih ( Jum’at bersih ) yaitu kegiatan yang diadakan setiap hari Jum’at pagi kegiatan yang kami lakukan yaitu membersihkan selokan, jalanan, pohon yang menutupi jalanan, tempat pembuangan sampah, membangun kamar mandi bersih bagi para warga yang tidak memiliki kamar mandi bersih.
   Saya hanya ingin warga merasa nyaman dengan lingkungannya, dengan peran serta masyarakat khususnya warga yang ada di desa saya dari mulai individu, keluarga serta para tokoh masyarakatpun ikut ambil andil bersama para warga.
   Tidak hanya itu saja, saya beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat untuk peduli lingkungan dan dapat melakukan pembinaan tentang rasa memiliki terhadap kesejahteraan tempat tinggal, lingkungan dan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia. Agar kwalitas kehidupan didesa ini menjadi lebih baik serta terhindar dari berbagai penyakit agar tercipta UHH yang lebih panjang.  





















ibu bidan.jpg
 

Bidan disuatu wilayah mengajak para warga untuk hidup bersih dengadakan jumsih 9jumat bersih).
 

jumsih.jpg
 












Para warga antusias untuk melakukan jumsih, seperti membersihkan selokan, menyapu halaman, memperbaiki jalan.
 







 




 

 

 

 

 


Saya beserta para tokoh masyarakat didesa berencana akan mengadakan perkumpulan warga desa agar melakukan pembinaan peran serta masyarakat lingkungan dan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia.

 
                                                                                  

 

 

B.    Pendataan Sasaran

     Adapun sasaran dalam pendataan sasaran ini adalah : Semua masyarakat yang berpenghasilan rendah maupun menengah baik pedesaan maupun perkotaan. Unsur lintas sektor dan lintas program yang terkait, kader teknis yang tersedia organisasi masyarakat dan masyarakat umum.
     Adapun tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan komunitas, yaitu : Pengumpulan data, Pencatatan data, Pengolahan data, Pembuatan Grafik PWS KIA.
Contoh kasus :
     Sebagai seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya yaitu melakukan pendataan sasaran KIA seperti sasarannya itu ibu hamil, melahirkan, ibu nifas, imunisasi, BBL. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada berapa ibu hamil yang melakukan periksa hamil dalam 1 bulan, berapa bayi yang melakukan imunisasi, berapa ibu yang melahirkan, dan berapa ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas.

    Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA.  

     Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang sudah banyak ibu-ibu memeriksakan kehamilannya, serta wilayah mana yang sedikit ibu-ibu memeriksakan kehamilannya.




















pendataan sasaran.jpg
 

Bidan melakukan pengumpulan data serta melakukan pencatan data  di wilayah kerjanya.
 

pengolahan data.jpg
 















PWS.jpg
 

Setelah data sudah tercatat selanjutnya bidan melakukan pengolah data, untuk dilakukan pembuatan Grafik PWS.
 




 









C. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi

a.  Pengertian
     Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas, dan bidan di desa harus di catat. Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya, tetapi tidak dari kasus – kasus kecelakaan atau insidental (Depkes RI, 1998 ).
     Menurut Kemenkes RI 2012. Sesuai target MDGs 2015, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Sehingga untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat (www.Kesehatanibu.Depkes.go.id).  Menurut Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2010 dalam penelitian di Universitas Sumatra Utara oleh Rossi Sanusi, yang menyatakan bahwa kematian ibu di Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 34/1000 kelahiran hidup, artinya dengan  jumlah penduduk 225.642.000 berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 orang ibu meninggal per jam dan 17 bayi meninggal per jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (www.Repository.Usu.ac.id). Pada hasil dokumentasi provinsi Jawa Barat didapatkan target angka kematian ibu yang harus di capai pada tahun 2013 harus diturunkan sampai 205-210/100.000 kelahiran hidup. Target angka kematian bayi pada tahun 2013 harus mencapai 26-30/1000 kelahiran hidup (www.Jabarprov.go.id/IX.doc). Sedangkan jumlah yang didapatkan dari provinisi Jawa Barat tahun 2007 pada lampiran  profil kesehatan Jawa Barat angka kematian ibu sebanyak 788 per 822.481 kelahiran hidup. Pada angka kematian bayi sebanyak 4.277 per 822,481 kelahiran hidup (Depkes Jabar. 2007)
b.  Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
     AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan ( Maternal mortality is an indicator of how well the entire health care system is functioning).
c.  Penyebab Kematian Ibu dan Bayi
     Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia (13%),  aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain (15%). Sedangkan AKI berdasarkan BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7%, sistem pernapasan 27,6%,  diare 9,4%,  sistem pencernaan 4,3%,  tetanus 3,4%,  syaraf 3,2%,  dan gejala tidak jelas 4,1%.

Contoh Kasus:
  Sebagai seorang bidan desa sekaligus bidan koordinator di Puskesmas, tugas saya melakukan pendataan AKI dan AKB diwilayah pegangan kami. Cara saya melakukan pendataan yaitu menjumlahkan ada berapa ibu yang meninggal baik saat kehamilan, persalinan dan masa nifas serta kematian BBL.

    Setelah semua data sudah terkumpul 1 bulan penuh, selanjutnya saya mencatat data tersebut lalu mengkumulatifkan. Lalu data dalam 1 bulan yang saya kumpulkan tersebut dilaporkan ke Puskesmas. Ketika data sudah sampai di Puskesmas dan dikumpulkan bersama desa-desa yang lainnya, maka di Puskesmas ini akan dibuat Grafik PWS KIA. 

     Maka dapat diketahui di grafik tersebut wilayah mana yang terbanyak AKI dan AKB dan wilayah mana yang paling terendah AKI dan AKB nya dengan membuat Grafik dengan mengurutkannya agar mempermudahnya. Setelah data terkumpul lalu data tersebut dikirim ke Dinkes Kabupaten.














catat bian.jpg
 

Bidan coordinator di Puskesmas melakukan pendataan AKI dan AKB di wilayahnya dari data yang dikumpulkan oleh bidan desa sebelumya.
 



P.jpg
 












Setelah data dari bidan desa terkumpul hasilnya di  kumulatif serta langsung dibuat grafik PWS KIA, sehingga data tersebut bisa di laporkan ke Dinas Kesehatan.
 
 


 



      D.    Penggerakan Sasaran Agar Mencapai  Pelayanan KIA

     Penggerakan sasaran agar mau menerima atau mencapai pelayanan KIA adalah dilihat dari peran bidan komunitas, yang tidak lain  adalah membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal.
a.   Sebagai Pendidik
     Berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah kerjanya dapat berubah sesuai dengan kaidah kesehatan.
Contoh Kasus: Saya seorang bidan yang telah lulus pendidikan S2 Kebidanan, dan sekarang saya menjadi pendidik di salah satu Instansi pendidikan Kebidanan didaerah Karawang, menjadi pengajar untuk tingkat 1 itu adalah tugasku sebagai bidan pendidik.











ibu bidan.jpg
 

Setelah bidan menyelesaikan kuliahnya minimal S1 makan sudah bisa mendidik/ mengajar disebuah instansi pendidikan.
 

mahasisa.jpg
 







 





b.    Sebagai Pelaksana
     Bidan harus mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap kelompok remaja pra nikah, pemeliharaan kesehatan bumil, nifas, dan masa interval dalam keluarga, pertolongan persalinan di rumah, tindakan pertolongan pertama pada kasus kegawatan obstetrik di keluarga, pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi dikeluarga, pemeliharaan kesehatan anak balita.
Contoh kasus: Sebagai  seorang bidan didesa Sukareja, tugas saya melakukan gerakan posyandu untuk melakukan hal tersebut saya akan membutuhkan para kader agar bisa membantu saya. Hal yang saya lakukan yaitu melakukan pembinaan kepada para kader tersebut agar benar saat memberikan bantuan  di posyandu.













bidan.jpg
 

Sebagai seorang bidan di desa saya akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat di desa, untuk meningkatkan derajat kesehatan, seperti posyandu serta penyuluhan.

 

penyuluhan.jpg
 





 


     c.  Sebagai Pengelola
     Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Contoh kasus : Sebagai seorang bidan Koordinator di Puskesmas Purwasari tugas saya mengkoordinir keadaan yang ada di Puskesmas ini dari mulai menyarankan bidan-bidan pekerja pekerja di Puskesmas yang memiliki tempat praktek agar dapat melaporkan kinerja mereka di desa dengan cara menulis khohor. Harapan saya dengan hal ini para bidan bisa belajar mencatat perkembangan AKI dan AKB diwilayahnya masing-masing, dengan bimbingan terlebih dahulu tentunya.











bidan.jpg
 

Sebagai bidan koordinator di puskesmas purwasari, tugas saya yaitu mengumpulkan kinerja para bidan desa serta mengkoordinir keadaan didalam puskesmas.
 

bidan puskes.jpg
 





 





d.   Sebagai Peneliti
     Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan peneliti professional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan pengolahan dan analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan tindakan sesuai dengn permasalahan yang ditemukan. Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
Contoh kasus:
    Di desa Cinere terdapat warga yang mengalami penyakit kulit, banyak sekali warga periksa kenapa mereka mengalami penyakit kulit yang gatal dan  perih dalam satu keluarga bisa satu atau dua orang mengalami hal tersebut, mengetahui hal tersebut saya melakukan penelitian didesa Cinere, ternyata didapat kesimpulan bahwa warga kebanyakan menggunakan kebutuhan air yang kotor, mereka menggunakan air irigasi yang kotor untuk mandi,mencuci dan mengakibatkan hal tersebut membuat gatal pada kulit.
    Apa yang saya akan lakukan, yaitu mengumpulkan para warga untuk menggali tanah yang diperkirakan memiliki air didalamnya, setelah penggalian sumur telah dilakukan maka dilakukan mengaliran air sumur dengan jetpam kesemua warga yang tidak memiliki sumur mandi didalam rumahnya.










kul.jpg
 



Ternyata setelah melakukan penelitian terhadap warga, warga sering menggunakan air kotor.
 

 

 

 



E.    Pengaturan Transportasi Setempat yang Siap Pakai Untuk Rujukan Kedaruratan

     Penyaluran Transportasi serta yang siap pakai untuk rujukan kegawat daruratan,yaitu:
a.   Rujukan Upaya Kesehatan
     Rujukan Upaya Kesehatan ini pada dasarnya meneliti rujukan kesehatan serta rujukan medik yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal balik. Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
Contoh : Saya sebagai bidan desa disaat ada warga saya ada yang mengalami sakit diare, saya memberikan promosi kesehatan kepada para warga lainnya agar menjaga kebersihan makan, lingkungan, dan kebersihan dengan menjaga hal tersebut kita akan terhindar dari masalah diare.










Sebagai bidan desa saya ingin membabgkit keikutsertaa para warg untuk hidup sehat, dengan cara dengan mempromosikan tentang kesehatan lingkungan, rumah dan diri. Dengan diawali mencuci tangan.
 



tingkatkan.jpg
 




 






b.   Bantuan Teknologi
     Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik dalam bidang kesehatan maupun yang berkaitan dengan kesehatan yang mampu memberikan teknologi tertentu. Teknologi yang diberikan harus tepat guna dan cukup sederhana dan dapat dikuasai dan dilaksanakan serta dapat dibiayai oleh masyarakat yang bersangkutan. Bantuan teknologi tersebut dapat berupa: Pembuatan jamban keluarga dan sarana air minum, pembuangan air limbah, penimbangan bayi untuk pengisian kartu menuju sehat.
Contoh:
    Sebagai bidan desa diwilayah Cibaduyut disaat ada warga saya yang sakit dengan berbagai penyakit setelah saya lihat ternyata dilingkungan tersebut warga selalu membuang sampah pada aliran air didesa tersebut padahal air tersebut sering dipakai mereka untuk mandi dan bermain anak-anak. Melihat hal tersebut saya memberikan bantuan ide dengan mengumpulkan para warga untuk membuat tempat pembuangan sampah yang besar yang terbuat dari bata agar warga bisa membuang sampah disana agar terhindar dari berbagai penyakit karena timbunan sampah disngai.















mck.jpg
 

Dengan tidak adanya pasilitas jamban di desa ini, akhirnya saya beserta para warga bekerja sama untuk membangun MCK, jamban serta sumur baru.
 

wc umum.jpg
 








Akhirnya dengan kerja sama para warga terbuatlah wc umum agar bisa memudahkan warga ketika ingin MCK. Begitu pun dengan timbunan sampah sekarang menjadi bersih dengan usaha warga untuk membuang sampah pada tempatnya.
 




 








c.  Bantuan Sarana Transportasi
     Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik secara tertentu dalam bidang kesehatan maupun sarana yang terrdapat pada sektor-sektor lain. Bantuan sarana transportasi tersebut dapat berupa obat-obatan, peralatan medis, ambulans guna untuk merujuk pasien yang mengalami kegawat daruratan dari Puskesmas ke Rumah Sakit yang dapat siap pakai untuk pelaksanaan rujukan (Depkes RI,1997).
Contoh:
    Di tempat saya praktek kebetulan tidak ada USG, ternyata ada pasien yang memerisakan kandungannya setelah saya periksa kenapa janinnya kecil dan ibunya juga sering merasakan sakit pada bagian bawah perutnya dan sering keluar darah dari kemaluannya. Dan akhirnya saya merujuk pasien ke dokter yang memiliki pasilitas USG agar mengetahui lebih lanjut keadaan janin ibu jika perkiraan saya ditakutkan ibu mengalami abortus iminiens.











bd wayan.jpg
 

Saat itu saya mendapati pasien dengan TBJ nya kecil, saya menyarankan kepada pasien untuk merujuk ke RS dengan menggunakan mobil rujukan desa karena dikhawatirkan bayinya akan premature atau pun perlu di inkubasi.
 

ambulance.jpg
 





 





F.  Pengaturan Biaya

a.  Pengembangan Pembiayaan kesehatan
     Dalam rangka mencapai tujuan dan sarana pembangunan kesehatan diperlukan dana baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat terdapat kecenderungan, bahwa tingginya biaya kesehatan akan memberikan beban berat kepada pemerintah. Oleh karena itu sesuai dengan dasar - dasar pembangunan sistem kesehatan nasional dan bahwa upaya kesehatan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
b.  Sumber – sumber pembiayaan
     Sumber-sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan kesehatan akan berasal dari: Masyarakat termasuk swasta, pemerintah pusat dan daerah, dana upaya kesehatan.
c.  Cara Pembiayaan
     Pengakolasian dana kedalam program atau kegiatan, hendaknya bukan saja di sesuaikan dengan prioritas yang berorientasi pada manfaat dan  daya guna yang akan tercapai, namun hendaknya di pertimbangkan pula segi-segi kesesuaian dengan kebijaksanaan umum, namun di gariskan dana di arahkan kepada program atau kegiatan yang di titik beratkan kepada upaya kesehatan dengan kelompok sasaran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan baik biaya berupa biaya berobat, daya sehat maupun asuransi kesehatan merupakan komponenen biaya upaya kesehatan secara menyeluruh
( Depkes RI 1997 ).
Contoh:
    Ditempat praktek saya disaat ada ibu hamil saya selalu bertanya mereka punya kartu Jamkesmas atau BPJS jika mereka tidak memiliki ditakutkan ketika persalinan ada apa-apa bantuan biaya sudah tersedia itu bagi masyarakat menengah kebawah. Jika memang ada yang mampu membayar dengan kantong sendiri itu sih tidak apa-apa tidak buat juga. Karena dengan hal ini ibu bersalin bisa terbantu dengn biaya persalinan yang melahirkan tidak normal contonya dirumah sakit.











bidan.jpg
 

Sebagai bidan desa saya sangat mengantisifasi para ibu hamil untuk membuat kartu BPJS guna meringankan pembayaran dikala jika persalinan ada masalah.
 

bpjs.jpg
 





 





     G.   Donor darah Berjalan

     Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat penurunan AKl.
    Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait sediaan darah lewat program yang mereka buat.
    Untuk menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya penempelan stiker perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan tersebut berjalan dengan aman dan selamat.
     Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan Donor Darah Sukarela (DDS).
Contoh: 
     Sebagai bidan di Rumah Sakit Swasta saya kedapati pasien yang mengalami perdarahan sehingga pasien memerlukan pasokan darah yang banyak sesuai dengan golongan darahnya yaitu A. Ketika saya bertanya kepada suaminya ternyata golongan darahnya berbeda, akhirnya dengan sangat kepepet saya menelpon pihak PMI dan bertanya apakah pasokan darah golongan A ada, ternyata syukur masih ada. Sehingga pihak PMI mengantarkan nya segera ke Rumah sakit.




















bd rs.jpg
 

Sebagai bidan di RS terkadang ada saja pasien yang mengalami perdarahan setelah persalinan karena hal tertentu.
 

kk.jpg
 










Jika tidak ada yang mendonorkan ataupun tidakada kecocokan, akhirnya saya menghubungi ke PMI apakah sediaan darah yang sesuai dengan pasien saya ini.
 


Segera saya meminta keluarga untuk mendonorkan darahnya bila perlu ada seseorang yang rela menyumbangkan darah (donor darah berjalan).
 




 

 

 

 

 

 

 


      H. P4K

     P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pascapersalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan P4K:
    Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
    Tahapan Kegiatan P4K diantaranya Orientasi P4K dengan Stiker, sosialisasi, Operasionalisasi P4K dengan Stiker di tingkat desa yang meliputi manfaatkan pertemuan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, manfaatkan pertemuan bulanan di tingkat desa/kelurahan, mengaktifkan Forum Peduli KIA, kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker, pemasangan stiker di rumah ibu hamil, pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa, pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ambulans desa, pembuatan dan penandatanganan Amanat Persalinan, Rekapitulasi pelaporan, Forum Komunikasi.
Contoh:
   Sebagai Bidan desa saya melakukan persiapan persalinan bagi ibu hamil yang melakukan periksa kesaya, misalnya dengan menyediakan buku KIA dan menyediakan stiker P4K, lalu melakukan sosialisasi kepada keluarga ibu hamil, agar bagaimana nanti ketika mendekati persalinan, ditolong oleh siapa persalinan nanti, persiapan baju ibu dan bayi, donor darahnya juga disiapkan, kendaraan, serta biaya persalinan juga harus disiapkan sebelum persalinan agar mempermudah ibu saat persalinan.




















bd.jpg
 

Untuk mempersiapkan persalinan yang baik, sebagai bidan desa saya menyarankan kepada suami agar sellau siap siaga.
 

p4k.jpg
 










Dengan kesiap siagaan tenkes dan suami serta keluarga, ibu  juga bisa menyiapkan mobil, donor darah dan biaya persalinan.

 

ambulance.jpg
 

Misalnya dengan menenpelkan stiker P4K agar masyarakat tahu kalau dirumah tersebut terdapat ibu hamil.
 





 





















Referensi :
Ilmu kesehatan masyarakat oleh syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST, SKM; Dra. Jomima, M.Kes 8.4 PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar