Selasa, 24 Maret 2015

Asuhan kebidanan pada ibu nifas (Bendungan ASI, Infeksi Payudara, Abses Payudara)



BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

     A.  Anatomi Payudara
Payudara ( mammae,susu ) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200 gr, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gr dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800 gr.
Payudara atau mammae  adalah  struktur   kulit yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi susu
untuk nutrisi bayi. Anatomi payudara dibagi dalam struktur makroskopis dan mikroskopis.
1. Struktur makroskopis
       a. corpus
     corpus adalah bagian yang besar. Corpus terdiri dari jaringan parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari  Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli), Lobus, Alveolus. Sedangkan bagian stroma dari payudara tersusun dari bagian-bagian, jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah , saraf  dan pembuluh limpa.
       b. Areola
      Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit coklat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap waktu hamil.
       c. Papilla Mammae
      Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat. Papilla mamae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 cm, tersusun atas jaringan erktil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan Papilla Mammae berlubang-lubang berupa ostium papillarrekecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer

2. Struktur Mikroskopis
    Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus tersusun atas bangun sebagai berikut :
       a. Alveoli
     Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling alveolusterdapat sel-sel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang, apabila sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
       b. Tubulus Lactifer
     Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengn alveoli.
       c. Ductus Lactifer
     Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
       d. Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
   
B.   Fisiologi Laktasi
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara.
Puting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusui. Dengan cakupan bibir bayi yang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.
     Pada ujung puting susu terdapar 15-20 muara lobus (duktus laktiferus), didalam lobus terdapat 20-40 lubulus , didalam lubulus terdapat 10-100 buah alveoli, didalam alveoli terdapat sel acinin yang mengandung ASI, masing masing alveoli dihubungkan duktus alveoli kemudian membentuk alveolus, sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar puting tetap lunak dan lentur.

C. Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu (Saifuddin, 2005).

D. Tujuan Masa Nifas
1.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
2.    Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4.    Memberikan pelayanan keluarga berencana.


BAB III
PEMBAHASAN

   A.  Pengertian Bendungan  ASI, Infeksi Payudara (Mastitis) dan Abses Payudara.

Bendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams). 
Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005).
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).
Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara kronik. Dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai puting.
      Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut.
  


B. Faktor Penyebab Bendungan ASI, Infeksi Payudara (Mastitis) dan Abses Payudara.
a. Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI,  yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
    Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

b. Infeksi Payudara ( Mastitis )
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang kedalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit biasanya pada putting susu normal (Staphylococcus aureus). Bakteri sering kali berasal dari mulut bayi dan akhirnya masuk kedalam .
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah putting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.

C. Perbedaan Tanda dan Gejala Bendungan ASI , Infeksi Payudara (Mastitis) dan Abses Payudara.

Bendungan ASI
Mastitis
Abses Payudara
1.   Nyeri payudara dan tegang, kadang payudara mengeras dan membesar.
2.   Biasanya terjadi antara hari 3-5 pasca persalinan
3.   Biasanya bilateral muncul bertahap menyebabkan demam dan tidak berhubungan dengan gejala sistemik. Payudara biasanya hangat saat disentuh
1.   Nyeri payudara
2.   Benjolan pada payudara
3.   Pembengkakan pada salah satu payudara
4.   Jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan, kemerahan dan teraba hangat
5.   Gatal-gatal 
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama
1.   Nyeri payudara
2.   Benjolan pada payudara
3.   Jaringan payudara membengkak dan teraba hangat.
4.    Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)


D. Pencegahan dan pengobatan agar tidak terjadi bendungan ASI, Infeksi Payudara dan Abses Payudara.
          
a. Bendungan ASI
1.  Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2.  Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi
3.  Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4.  Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5.  Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)

b. Infeksi Payudara ( Mastitis ).
Ø Berikan antibiotika seperti : Kloksasilin   500 mg  per oral 4 kali sehari selama 10 hari
  atau Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
 Ø Bantulah agar  Ibu : Tetap meneteki, Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri
 Ø Berikan paracetamol  500 mg per oral
 Ø Evaluasi 3 hari

c. Abses payudara
  Ø  Berikan antibiotika : Kloksasilin   500 mg  per oral 4 kali sehari selama 10 hari
ATAU Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
  Ø  Drain abses
Anastesia umum di anjurkan
      Lakukan insisi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera atau duktus, Gunakan sarung tangan steril, Tampon longgar dengan kassa, Lepaskan tampon 24 jam, ganti dengan tampon kecil
  Ø  Jika masih banyak pus, tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya
  Ø  Yakinkan ibu untuk: Tetap meneteki meskipun masih keluar nanah, Gunakan kutang, Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri
  Ø  Berikan paracetamol 500 mg bila perlu
  Ø  Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
  Ø  Evaluasi 3 hari

E.  Patologi
      Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
1.   Faktor hormon
2.   Hisapan bayi
3.   Pengosongan payudara
4.   Cara menyusui
5.   Faktor gizi
6.   Kelainan pada puting susu

F.  Patofisiologi

1.  Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat  kemerahan.
2.   ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
3.  ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
4. Sesudah bayi lahir dan plasenta lahir kadar esterogan dan progesterone turam dalam 2-3 hari. Dengan ini dari hipotalamus dan menghalangi prolactin waktu hamil, dan sangat dipengaruhi esterohen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolactin oleh hipofisis.
     Hormone ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-selmioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Reflek ini timbul bila bayi menyusui, apabila bayi tidak menyusui dengan baik atau tidak dikosongkan maka terjadi bendungan air susu.
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan selepitel yang memproduksi ASI menjadi datar dantertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk kedalam ASI dan selanjutnya kejaringan sekitar sel sehingga memicu responsimun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.



G. Penatalaksanaan

1.      Jika ibu menyusui

- Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar   kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
- Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
.

- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui
jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu
. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

2.      Jika ibu tidak menyusui

    Pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri, berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara, lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya, gunakan bra yang menopang payudara, Kompres dingin.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil untuk antisipasi.
1.  BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat
2.  Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
3.  Kompres hangat pada area yang terkena
4.  Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
5.  Peningkatan asupan cairan
6.  Istirahat
7.  Membantu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan keletihan dalam kehidupannya
8.  Suportif, pemeliharaan perawatan ibu

I.    Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah: 
1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan
    Kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan
    Menurunkan panas.
     Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.




BAB IV
PENUTUP


     A. KESIMPULAN
1. Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
2.  Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.













DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rusman. 2002. SinopsisObstetri. Jakarta : EGC
Wiknjosastro . 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBPSP
Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Pritchard: Maedonal; Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University
Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP
http://wiyantisetianingsih.blogspot.com/2013/04/makalah-dan-askeb-bendungan-asi.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar